Minggu, 04 Mei 2014

Songkran Festival 2013

Songkran 13 April 2013

Flight: Mandala
Sebenernya liburan yang ini adalah liburan yang tidak direncanakan. Karena UN, kakak dan ade ternyata libur dari hari Senin sampai Kamis. Waktu liburan yang minimal itu dipergunakan untuk berjalan-jalan ke Chiang Mai dan Bangkok semaksimal mungkin (LAGI :D). Mobil sewaan buat ke bandara telat lambreta dateng nya. Yang harusnya dateng jam setengah 10, baru datang jam setengah 11. Udah gitu pake acara kudu tuker mobil lagi karena kondisi mobil yang tidak memungkinkan untuk dibawa ke airport. Ancur sejadi-jadinya. Serem, cyin.. Huuufftt..
Setelah mengarungi lalu lintas, akhirnya kita sampe di bandara sekitar jam 1 an. Check in, beli makanan, nangkring di Starbucks, nggak berasa udah jam 3 an. Langsung ngelewatin imigrasi, bla bla bla, dan akhirnya naik deh ke pesawat. 

setelah 3 jam akhirnya kami mendarat di suvarna bhumi airport pukul 19.10. langsung kami mencari city link, semacam kereta, untuk ke payathai seharga 40 baht per orang.
Tiket Kereta
dari stasiun payathai kami naik taksi ke terminal mo chit seharga 150 baht. karena saat itu festival songkran dan banyak yang pulang kampung, kami takut tidak mendapat tiket ke chiang mai, tapi ternyata kami mendapatkan tiket untuk keberangkatan pukul 23.30 seharga 563baht.  kami menunggu di terminal dan berangkat tepat waktu.

Bus AKAP











14 april 2013
Tapae Gate
Kami sampai di pagi hari dan langsung naik angkot ke hotel kami. begitu sampai, kami mandi dan turun ke kafetaria untuk sarapan. setelah itu kami pergi ke tembok tua terdekat untuk ikut bermain siram-siraman air di songkran festival.
Ramai dan seru sekali! Semua orang mau tua-muda, besar-kecil, bawa water gun semua. Mending kalo cuma kena water gun, bisa jadi kita kena siraman satu galon! Enak dong panas-panas kena siram? Enak sih... Tapi airnya air es! Kebayang dong betapa kagetnya waktu kita kena siraman dari kepala sampe kaki kena air es. Kenal nggak kenal, bisa bahasa Thailand atau nggak bisa, kalo udah festival ini semuanya nyatu deh! 
Setelah siram-siraman














Terus ada juga penari tradisional, penjual makanan dan minuman tradisional yang unik-unik, penjual water gun dan ember juga kanal sungai yang menjadi sumber air. 
Penari tradisional di pasar
Setelah capek ,kamipun kembali ke hotel, mandi dan berisitrahat. Jam setengah 7 kami segera pergi ke Sunday Market yang nggak boleh dilewatkan setiap berkunjung ke Chiang Mai dan berkeliling sampai pukul 11. bagiku sunday market adalah moment yang memang kudu dan wajib didatangi. suasananya ya mirip pasar malam alias flea market gitu. pengunjungnya dari segala penjuru dunia. karena suhu udara di CM cenderung sejuk (di kaki gunung soalnya) ditambah banyak lampu kerlap kerlip dan pedagang yg rapi dan nggak maksa-maksa untuk jual juga karena kebanyakan barang yg dijual adalah hand made. lucu-lucu deh. kurang lebih suasananya seperti ini deh



Dan kamipun terseok-seok berjalan kembali ke hotel.

Songkran Festival di depan Tapae Gate
15 april 2013
Pagi ini setelah sarapan kami menyewa motor dan berkeliling-keliling kota. Kami berhenti dan makan lagi di sebuah restoran kecil yang enak. Setelah itu, kami kembali bermain tembak-tembakan air di kanal sungai dan bermain tembak-tembakan dari atas motor. Jadi, jangan kaget kalo di tengah jalan juga bisa-bisa aja kita kena semprot tiba-tiba. Setelah berjam-jam berkeliling, kepanasan, keringetan dan setengah basah, kami memutuskan untuk kembali terlebih dahulu ke hotel.

Mango sticky rice
salah satu hal yang paling kusukai jika ke CM adalah makan Manggo and sticky rice. memang sih di BKK juga ada. tapi harga di CM lebih murah. Kalau boleh jujur nih ..... kami sekeluarga memang suka banget dgn kota ini karena living cost nya yang murah, bisa bersepeda dan puas. walau sudah sarapan di hotel
tetap saja habis itu naik sepeda dan berkeliaran mencari makanan di tempat lain.  
setelah puas makan dan ini masih dalam suasan songkran ya udah .... mari kita main air

 




Jumat, 24 Januari 2014

Japan First Trip 2013-2014 :)



Minggu, 22 December 2013

Setelah melewati minggu yang melelahkan dan mendebarkan, akhirnya pagi tadi kami bisa ke makam Mama, Tristan bisa performance drum di Waterboom dan pukul 21.52 WIB sudah bisa belewati imigrasi dan sudah nangkring di Starbucks. Ada Om Pepen sekeluarga, kami sekeluarga dan Tante Ayu, siap untuk bertemu Om Eddy sekeluarga yang lebih dulu tiba di Tokyo. Bersiaplah kita untuk menikmati dinginnya Tokyo. Seperti apakah?
Berdebar2 dengan apakah cuaca dingin akan membuat kulit  gatal dan akhirnya luka-luka? Apakah bisa menemukan resto yg murah tapi uenak? Semoga Tuhan menyertai perjalanan ini.


Senin, 23 December 2013

Setelah penerbangan selama 7 jam yang hanya diwarnai oleh tidur dan sarapan, akhirnya kami mendarat di Narita Airport sekitar pukul 07.00 WIB atau 09.00 kalau di Jepang.
Kami dengan mudah menemukan supir yang telah disiapkan OmEddy untuk menjemput kami di bandara dan mengantar kami langsung sampai di hotel dengan minibus yang bisa memuat kami semua (9 orang) beserta barang-barant bawaan kami.
Begitu keluar dari hangatnya ruangan airport, kami langsung mendapat semburan udara dingin Tokyo. Test, test... 1, 2, 3.. Oh masih bisa diterima dinginnya. Mari cabut ke hotel..
***
Begitu tiba di hotel, kami disambut oleh Om Eddy. Karena bakal baru bisa check in jam 3 sore nanti, kamipun menitipkan barang bawaan kami di kamar Om Eddy dan Tante Ningrum. Kok cuma ber-4 aja 2 kamar? Ya soalnya, kamarnya mini bangeeeettt! Bener-bener cuma muat untuk 2 orang to'!
Yo wis lah, istilahnya kan cuma buat numpang tidur sama naro barang ini...
Setelah naro barang dan (ada beberapa) yang mandi, kita langsung cabut untuk mencari stasiun metro terdekat. Ternyata yang 'terdekat' nggak dekat-dekat amat. Kita harus ke Ikebukuro Station yg jaraknya lumayan juga. Sekitar 500m melewati Sunshine City, Sega dan Seibu.
Ikebukuro (Sunshine City)
Dari Ikebukuro, kita langsung menuju ke Asakusa naik metro.
Setibanya di Asakusa, kita langsung makan siang dulu, soalnya udah telat. 
Setelah makan, kita menuju ke Sensoji Temple untuk melihat salah satu temple di sana. Tempatnya menarik dan unik dengan gerbang raksasa yang mengawali deretan toko-toko kecil bernuansa merah dengan lorong-lorong yang mengarah ke temple nya.
Saat di temple kita juga bisa mencoba ramalan keberuntungan dengan hanya 100 ¥ saja. Jangan khawatir, di kertas ramalannya ada bahasa Inggrisnya kok.
Sensoji Temple
Ramalan Keberuntungan

Setelah berfoto di depan temple dengan langit yang mulai menggelap (jam 5 sore), kamipun mencari makanan. Mami menargetkan mau mencoba soba. Ketemu sih dengan warung soba yang menjadi tujuan, sayangnya sudah tutup. Jadi kami mencoba mencari resto lain. Beberapa resto menolak kami karena jumlah kami yang ber-13, namun akhirnya kami bertemu juga dengan restoran yang bisa menampung kami.
Ada yang memesan soba, udon, atau nasi dengan tempura.
Setelah selesai makan, kami melanjutkan perjalanan ke Sky Tree Tower dengan berjalan kaki. Lumayan jauh, tapi akhirnya sampai juga.
Mau naik, tapi antriannya terlalu panjang. Yaudah, cuma nangkring bentar dan numpang
lewat. Karena udah capek dan malam, dari Sky Tree Tower, kembali lah kita ke Ikebukuro.


Selasa, 24 December 2013

Pagi ini begitu keluar hotel, kami makan di resto kecil (semuanya emang kecil sih) di deket hotel untuk sarapan. Selesai sarapan, kami kembali menuju ke Sunshine City. Mau lihat-lihat dulu lah sebentar dan cari kereta dorong bayi untuk Valent yg dari kemarin kecapekan di jalan. Eh, karena satu dan lain hal kamipun sempat terpencar-pencar dan bingung karena sulit berkomunikasi. Tapi, akhirnya ketemu lagi setelah sekitar satu jam an. Dari Sunshine City, kami menuju ke Ikebukuro Sta dan naik metro lagi menuju ke Shinjuku.
Karena belum mengerti betul cara naik metro dan cara beli tiketnya, waktu kami banyak dihabiskan di jalan dan saling menunggu satu sama lain.
Lho?
Di depan Gyoen National Park

Kami tiba di Shinjuku siang hari dan hendak menuju ke Gyoen National Park. Sayangnya ternyata park nya sedang tutup karena harus dibersihkan setelah libur nasional kemarin. Kita akhirnya sibuk berfoto-foto di gerbangnya (di gerbangnya doang aja udah keren).
Setelah itu kami berjalan-jalan lagi dan makan di Yoshinoya.
Dari Yoshinoya Shinjuku, karena dikejar waktu kami harus naik taksi ke salah satu di Tokyo (Fransiscan Chapel) untuk misa malam Natal.
Agak telat sedikit sih, tapi kamipun akhirnya merayakan misa malam Natal bersama-sama.
Setelah dari gereja, sekitar pukul 6 sore, kami berjalan kaki sambil menikmati dinginnya malam Natal di Tokyo, menuju Shibuya.
Nggak dekat juga rupanya, tapi lumayan lah.... jadi bisa melihat toko-toko unik dan lucu yang terselip di lorong-lorong ibukota Jepang tersebut.
Kamipun akhirnya tiba di Shibuya dan melihat-lihat beberapa toko dan food festival. Kami juga sempat berfoto di patung Hachiko yang legendaris dan juga Shibuya's crossroads yang super terkenal karena ramainya orang yang menyebrang jalan ke berbagai arah dalam sekali lampu hijau itu. Nggak lupa, ada juga segerombolan anak-anak muda yang kayaknya sih nekad-nekad an pake baju kayak santa klaus gitu tapi terbuka. Bayangkan!! Pas musim dingin, malem-malem pula!
Karena anak-anak kecil pada kepengin makan McD, akhirnya berbondong-bondong lah kami nangkring dulu di McD.
Patung Hachiko Christmas Edition :D
Baju itu pas winter? No way!

Karena hari juga sudah malam dan udara semakin dingin, kamipun memutuskan untuk segera kembali ke Ikebukuro lagi langsung dari Shibuya Sta. Ternyata, di bawah itu (menuju ke Shibuya Sta.), ada kumpulan pattiserie dan toko cokelat. Mampir lah dulu kami ke sana. Tristan membeli macaron, ada yang membeli cokelat, ada juga yang membeli berbagai macam roti dan kue yang ada di sana dari berbagai merk.
Setelah puas membeli makanan, kamipun pulang...

Rabu, 25 December

Hari ini kami pergi berkeliling kota Tokyo tanpa keluarga Om Eddy karena mereka sudah berencana sejak awal untuk mengunjungi Disney World seharian untuk melihat festival kembang api untuk perayaan Natal hari ini.
Jadi, pagi ini kami kembali pergi ke Sunshine City dulu untuk mencari sarapan. Setelah melihat-lihat, kami memutuskan untuk menepi ke café bernama Sun Flowers Café untuk sarapan. Menu yang mereka punya adalah berbagai macam pancake. Ada yang memesan plain pancake, blueberry pancake dan peach pancake. Lumayan lah walaupun kurang mengenyangkan. Kami sarapan bersama-sama dan kemudian segera menuju ke Ikebukuro Sta untuk pergi ke Ueno. Untuk meyakinkan benarnya arah metro yang kami tumpangi, kami bertanya pada seorang penduduk Jepang cara mencapai Ueno Park. Orang tersebut (seorang laki-laki paruh baya) mengatakan bahwa kami menaiki metro yang salah dan harus turun di stasiun berikutnya. Karena percaya pada orang tersebut, kamipun turun di stasiun berikutnya. Namun, setelah memeriksa peta metro, kami kembali menaiki metro pada jalur tersebut. Di stasiun pemberhentian berikutnya, kami kaget karena bapak tersebut menaiki metro yang sama dengan kami. Seharusnya dia sudah jauh di depan dengan metro yang tadinya kami tumpangi dong? Oh ternyata bapak tersebut kembali hanya untuk memberitahukan kepada kami bahwa arahan yang dia berikan tadi itu salah. Sungguh sangat baik hati dan luar biasa orang-orang Jepang ini... Mengagumkan.
Nah, benar rupanya perasaan kami bahwa kami kurang kenyang tadi. Jadi begitu keluar dari Ueno Sta, kami langsung makan di Pepper Lunch yang terletak di dekat stasiun.
Tujuan kami setelah makan (lagi) ini adalah Ueno Park. Ternyata eh ternyata, Ueno Park itu bisa ditempuh hanya dengan lift yang terletak di gedung Pepper Lunch (dan ada beberapa resto lainnya). Cukup menekan tombol lift menuju lantai paling atas (RF) dan voíla! Sampailah anda di Ueno Park. Kami berjalan-jalan dan melihat shrine (sejenis temple) yang ada di sana. Ada juga makam seorang prajurit yang sepertinya sangat dihormati. Shrine nya ternyata masih tembus ke belakang lagi. Kebetulan, di belakang shrine tersebut ternyata ada kumpulan 6 wanita berpenampilan unik yang memainkan alat musik yang biasanya jarang dimainkan oleh kaum mereka; saxophone, akordion, drum mini, dll. Ternyata permainan mereka luar biasa menarik dan mengagumkan. Semua penonton ikut bertepuk tangan dan melompat kecil-kecil mengikuti irama lagu yang mereka mainkan.
Bagian dalam Ueno Park

Setelah beberapa lagu, kami memutuskan untuk segera turun agar dapat mengunjungi Tokyo Tower sebelum terlalu malam. Kami kembali ke Ueno Sta dan menuju ke Hamamatsucho sta (Yamanote Line).
Hanya perlu berjalan sedikit untuk mencapai Tokyo Tower. Langit mulai kembali menggelap. Untungnya, antrean untuk membeli tiket naik tidak panjang dan cepat. Kamipun membeli tiket hanya untuk naik sampai ketinggian 150 m (ada special observatory dari ketinggian 250 m). Memang rupanya pemandangan kota Tokyo dan sekitarnya dari atas Tokyo Tower luar biasa indahnya. City light yang berwarna-warni, terang dan kelap-kelip sungguh keren!
Setelah puas berfoto dan menikmati city light view di atas, kami turun untuk mencari makanan. Ternyata tidak ada restoran yang memanggil dan hanya anak-anak yang (lagi-lagi) kepengin makan McD yang kebetulan ada di situ. Kami juga sempat melihat Tokyo Tower Aquarium. Kirain isinya ikan-ikan cantik yang berwarna-warni nan lucu. Ternyata ikan-ikan koleksi di situ adalah ikan-ikan yang seharusnya hidup di dasar laut, namun terangkat ke permukaan saat gelombang tsunami. Terbayang dong bentuk mereka yang sebesar raksasa, gigi yang runcing, mata yang mengerikan dan bentuk tubuh yang super aneh serta tidak berkeperi-ikan-an?
Not recommended untuk bawa anak-anak ke sana. Serem.
Selesai dari Tokyo Tower, satu tujuan terakhir kami adalah Harajuku. Nama yang harusnya sih semua orang pernah denger. Salah satu dari beberapa tempat paling terkenal di Jepang yang juga menjadi patokan mode fashion. Banyak banget toko-toko yang menjual barang-barang, baju, sepatu, tas, topi, dll dsb dst yang SUPER LUCU!
Sayangnya malam ini kami udah kecapekan sampe nggak napsu lagi buat belanja. Jadi hari ini kami tutup dengan makan di Yoshinoya dan pulang ke hotel kami.

Kamis, 26 December 2013

Judul pagi ini, adalah BALAS DENDAM. Karena kemarin kita mengunjungi Harajuku saat kaki udah luar biasa sakit sampe cuma pengin buru-buru pulang, (nggak napsu belanja), jadilah destinasi pertama kami pagi ini adalah..... Harajuku!
Harajuku Station
Nah, mumpung masih segar bugar dan penuh semangat, gairah belanja kami malah nggak ada habisnya. Gimana caranya mau belanja kalo jalan ber-13? Hohoho.. Kami punya metode yang cukup bisa diandalkan, lho. Caranya kami berkumpul dulu di depan toko crepes legendaris, Marion Crepes. Dari situ, kami memecah diri menjadi beberapa kelompok, umumnya sih per-keluarga (tapi ada juga yang mau ngikut tantenya aja). Setelah tau yang ini dan yang itu mau ikut dengan siapa, kami menyepakati jam berapa kami akan bertemu lagi di tempat yang sama. Okelah, kami akan bertemu lagi jam 12.00 disini. Dan.... menyebaarr..
Wuah, bener-bener kalap pasti kalau anda adalah pecinta fashion, apalagi memang menyukai gaya Harajuku yang sangat-Jepang dan super lucu. Persis kayak tokoh-tokoh anime itu deh pokoknya! Harganya sih ada dari yang super murah, murah, agak mahal, dan mahal banget. Pastinya perbedaan terletak di kualitas barangnya.
Nah, kalo jalan-jalan di sepanjang gang Harajuku ini, jangan pernah cuma sekedar melihat apa yang ada di depan mata. Telusuri deh tuh, toko-toko yang ke bawah tanah atau yang ada di lantai 2. Nggak bakal nyesel, deh! Kadang anda bisa menemukan barang-barang yang super lucu dengan kualitas oke dan harga yang terjangkau. Belum lagi kalo lagi diadakan sale-sale gitu.
Karena belanja, belanja, belanja, kami baru sadar itu sudah pukul 12 lewat. Walah, kami malah telat kembali ke meeting pointnya. Sampai di meeting point itu, ternyata yang pada nungguin kami masih ngantri juga mau beli crepes. Fiuh, untung nggak ditinggal. Hehe..
Pertanyaan-pertanyaan pun keluar, "wuih! Beli apa tuh?" "Masuk toko yang 'itu' nggak?" "Yaampun kok murah sih?"dan "udah puas belom?. Nah, pertanyaan itu lgsg saya jawab dengan agresif, "belom!!". Janjian lagi aja ya, jam setengah 2 kita balik lagi di sini. Yang capek boleh aja nangkring dulu di warung kopi. Sip! Kami mengulang lagi perburuan kami dan memang cukup membawa hasil lah satu setengah jam ekstra itu.
Setengah 2 lewat kami sudah berkumpul di warung kopi yang dari tadi udah ditongkrongin. Ternyata masih ada yang mau beli korek api super keren yang ada ukirannya gitu. Jadilah kami masih menunggu lagi.
Intinya, kami baru benar-benar keluar dari Harajuku itu pukul 3 lewat. Jadi hikmahnya, nggak  bisa cuma sebentar kalo mengunjungi Harajuku. Tadinya kami mau mengunjungi  Meiji Shrine juga yang terletak dibelakang Harajuku Sta, tapi ternyata memang lagi tutup karena hari libur nasional. Jadi karena udah tanggung, udah hampir jam 4, matahari udah mulai turun dan pasti tempat wisata udah pada mau tutup juga, kami memutuskan bahwa hari itu adalah Shopping Day. Nggak pake tanggung, kami jalan kaki ke Shibuya. Jangan ditiru, karena ternyata jauh juga sih jalan kaki ke Shibuya itu, walaupun seneng. Kami melewati gang-gang kecil yang mepet ke jalan, banyak restoran dan butik-butik yang super unik di situ. Nggak usah beli atau masuk, lihat dari luar aja pasti udah seneng dan terkagum-kagum deh. Sama seperti sebelumnya, jalan kaki ke Shibuya dari Harajuku juga tidak dekat.
The famous Shibuya Cross roads

Kali ini kami masuk dari jalur yang berbeda, bukan lewat patung Hachiko melainkan lewat bagian dalamnya. Nah, karena lapar dan sudah mau malam, kami memutuskan untuk makan dulu. Kami makan dengan berpencar karena ada yang mau makan sashimi, ada yang nggak, ada yang mau makan western food, ada yang nggak. Akhirnya kami berjanji akan berkomunikasi lagi via telephone nantinya. Saya sendiri makan di sebuah resto Jepang asli yang harus turun tangga dulu ke bawah, entah apa namanya. Pokoknya mereka punya sashimi paling enak di dunia deh! GILE ENAK BUANGET!!
Selanjutnya pokoknya setelah makan, kami berkumpul lagi. Hanya keluarga Om Eddy yang nggak bisa dihubungi lagi. Maka kamipun akhirnya berkeliling-keliling lagi dan mampir ke kumpulan pertokoan bakery dan patisserie yang ada di Shibuya Sta. Setelah itu kamipun pulang. (Om Eddy menyusul pulang belakangan).

Jumat, 27 Dec 2013

Pagi ini, Tristan dan Aurel sudah berencana untuk mengunjungi dulu SEGA game centre yang ada di sebelah Sunshine City. Sementara saya dan keluarga Om Pepen (+ Tante Ayu) sarapan di western resto yang ada di gang sebelah SEGA. Kamipun akhirnya berkumpul semua lagi di SEGA untuk selanjutnya mengunjungi Akibahara, daerah elektroniknya Tokyo.
Di Akibahara, kami kembali memakai metode seperti yang di Harajuku karena daerah elektronik ini luas pastinya. Barang yang kami cari hari ini adalah jam tangan Casio karena pasti lebih murah daripada yang di Indonesia. Sempet nanya-nanya harga iPhone dan Samsung sih, tapi ternyata harganya sama dan bahkan lebih mahal. Terus, kalopun kita mau beli, baru 2 tahun kemudian kita bisa pake dengan menggunakan SIM card Indonesia, kecuali yang Unlock SIM. Tapi jarang yang nemu..
Akhirnya kami menemukan juga toko jam tangan. Ada Casio, G-Shock, Baby-G, Rolex, Luminox dan lain-lain. Lengkap lagi koleksi mereka.
Setelah membeli beberapa jam tangan, kami kembali ke Akibahara Sta dan nyemil dulu makanan-makanan kecil yang dijual di sana, sekalian menghangatkan badan.
Setelah itu, kami segera menuju ke tujuan kami berikutnya yang cukup jauh juga, Odaiba Island. Untuk ke Odaiba Island ini kami harus naik Yamanote Line yang menuju ke Shimbashi Sta dan berganti private line yang direct ke Odaiba Sta.  
Odaiba Island ini sendiri kayak kota mainan. Kota buatan gitu deh. Bahkan ada patung Libertynya, lho. Dari stasiun, kami langsung nyebrang jembatan dan lari-lari ke dalam Aqua City Mall. Buset gelo dingin banget booo! Soalnya kan letaknya di tepi laut tuh, jadi kebayang dong lagi winter begitu anginnya kayak apaan tau...
Aqua City Odaiba


Odaiba Windwhirl


Nah, di dalam mall, kami langsung mencari food court untuk makan. Di food court ada berbagai makanan, most of them sih makanan Jepang, kayak tempura, udon, gitu-gitu, tapi ada juga kok yang western fast food kayak Burger King gitu. Ada juga resto lain sih sebenernya, tapi kita lebih milih makan di food court aja biar lebih gampang.
Selesai makan, kita keluar dari mall, menuju ke windwhirl nya Odaiba. Kamipun membeli tiket untuk naik, ada 2 jenis tiket, yang pertama (lebih mahal), gerbong yang kita naiki itu dari kaca semua (transparan), mulai dari atap sampai ke lantai, jadi lebih mudah untuk melihat pemandangannya. Yang kedua, gerbongnya seperti biasa, hanya jendelanya yang dari kaca.

Kamipun naik per keluarga, walaupun ada yang lebih memilih untuk menunggu di cafe daripada kedinginan menunggu di luar.

Setelah 1 kali putaran (sekitar 15 menit), kamipun turun dan menyusul yang lainnya. Ternyata anak-anak pada masih mau bermain bungee jumpimg yang ada di halaman mall dekat wind-whirl. Tidak puas cuma sekali, mereka minta naik lagi terus-terusan. Ya namanya juga masih bocah, kalo sudah excited dinginpun nggak berasa. Sisanya memilih masuk ke mall untuk menghangatkan diri.
Di mall ini ternyata ada yang namanya WEB History Garage. Isinya mobil-mobil jaman baheula banget tapi masih super kinclong. Juga ada iklan-iklan mobil jaman dulu yang ditayangkan di layar. Gratis kok masuknya, jadi yang penggemar motif, pasti bahagia banget kalo masuk ke tempat ini.
Selesai dari WEB History Garage itu kami mencari-cari jalan menuju Gundam Robot. Robot super besar yang ada di depan sebuah mall  masalahnya kami nggak tau mall mana yang dimaksud. Ternyata kami memang masih harus keluar dari malk tersebut dan berjalan (nyebrang) ke mall lain. Tanya aja deh kemana sih arah Gundam Robot itu, orang-orang di sana pasti pada tau deh.
Karena udah malem lagi, cuma Tristan dan Ourel yang pergi melihat Gundam, sementara yang lain lebih memilih duduk-duduk lagi di food court sambil mengisi perut atau sekedar minum kopi. Nah, setelah semuanya mengisi perut, kamipun segera kembali ke Stasiun untuk kembali ke Ikebukuro sebelum udara jadi lebih dingin lagi.

Sabtu, 28 Dec 2013

Pagi-pagi ini kami dijemput oleh minibus 15 seater yang telah kami sewa untuk pergi ke Hakone. Kami berangkat pukul 9 pagi dari hotel dan menempuh perjalanan selama sekitar 2,5 jam lebih. Kami tiba di Hakone sudah sekitar pukul 12. 

Say yes to snow!
Pemilik salah satu restaurant sashimi di Hakone yang sangat ramah
Pemilik resto sashimi yang sangat ramah
 Maka tentu kamipun langsung meminta pak supir untuk membawa kami ke resto terdekat. Komunikasi agak sulit dikarenakan pak supir tidak bisa berbahasa Inggris, jadi harus sedikit menggunakan bahasa tarzan alias bahasa tubuh.
Terjadi sedikit kesalahpahaman selama pencarian resto tersebut, tapi akhirnya kami makan secara terpencar lagi. Silakan dipilih, cukup banyak warung yang menjual makanan-makanan. Ada resto western juga, tapi sedikit atau malah cuma satu.
Selesai makan, kami menuju ke belakang restoran yang ternyata adalah laut!! Hakone yang bersalju dengan matahari yang bersinar dengan salju yang putih dan laut yang biru adalah pemandangan yang sangat indah.
Laut di belakang resto

Kami tidak berlama-lama di sana, kami berfoto dan melihat salah satu toko souvenir, lalu segera kembali ke mini bus. Minibus langsung mengarah pulang, namun kami melewati daerah pegunungan yang benar-benar indah. Semuanya putiiihhh tertutup salju dan juga banyak air yang mengkristal di dahan-dahan pepohonan. Pokoknya cantiknya tidak terlukiskan dengan kata-kata deh.
Kamipun berhenti untuk membeli hot chocolate dan makanan hangat. Menurut pengukur suhu udara gede yang ada di situ sih, suhu saat kami di sana adalah -3 derajat Celcius. Hoho! Lumayan juga ya rupanya..
Perjalanan pulang kami ke Tokyo tidak terasa, dan kami meminta untuk diturunkan di Sunshine City. Karena hari ini adalah hari terakhir kami di Tokyo, kamipun ingin melakukan penuntasan belanja di sini. Hahahaha..
Disepakati bahwa masing-masing boleh berkeliling sepuasnya dan pulang ke hotel masing-masing saja. Kamipun makan dulu di sebuah Thai Resto yang ada di mall itu dan berpencar lagi untuk mencari barang masing-masing. Mami, daddy dan Tristan memutuskan untuk pergi lagi ke Harajuku karena barang yang Tristan pengen ada di soccer shop yang cuma ada di sana. Kami menitipkan barang-barang yang telah kami beli di loker penitipan, cuma 400 yen kok untuk loker yang gede. Jadi, nggak rugi dan dijamin aman lho.
Seperti perjanjian, kamipun kembali ke hotel masing-masing.

Minggu, 29 Dec 2013

Seperti kemarin, pagi ini jam setengah 9 kami sudah siap di bus untuk perjalanan ke kota selanjutnya, Kyoto. Ternyata bus yang kami naiki lebih besar kali ini.
Idealnya, perjalanana ke Kyoto harusnya hanya memakan waktu sekitar 5 jam, namun entah mengapa, perjalanan yang kami tempuh lebih dari 7 jam. Tentujya sudah termasuk toilet time dan berhenti di Family Mart dimana kami boleh membeli makan siang seadanya.
Jadi, singkat cerita, hari sudah gelap saat kami tiba di Kyoto. Setelah check in di Kyoto Plaza Hotel dan meletakkan barang, kami segera pergi ke Q's Mall yang (hore!!) terletak di seberang mall kami. Tentunya kami ke mall untuk mencari makan malam yang layak, dan lagi-lagi kami berpencar sesuai selera masing-masing. Saya sendiri bersama ortu dan Tante Ayu makan di Rakhu Ra Shabu-Shabu. Di mall itu, nggak ada restoran yang nggak ngantri lho. Semuanya ngantri!! Jadi harus sabar nungguin waiting list, lagian orang sini kalo makan cepet kok, pada tau diri kalo ditungguin, nggak kayak orang Indonesia. Hehehe..
Jadilah kami makan malam, lalu cuma sempet lihat-lihat sebentar mallnya karena udah mau tutup juga lalu kembalinke hotel untuk beristirahat.

Senin, 30 Dec 2013

Pagi pertama di Kyoto! Pagi ini kami sarapan dulu di hotel. Makanannya memang mungkin agak sulit diterima sih, soalnya Jepang banget. Bukan makanan Jepang yang suka dijual di restoran-restoran gitu, ini sih agak aneh-aneh makanannya. Tapi dikasih nasi putih kok, ada rumput laut, ada miso shiru, dan ada roti panggang juga.
Setelah sarapan kamipun pergi ke Kyoto Station yang luar biasa guedenya…. Kyoto Station bahkan sampe punya 3 mall lho. Ada ISETAN Mall, Porta Underground Shopping Mall, dan The Cube Shopping Mall. Di Kyoto Station, kami membeli tiket bus yang all day (untuk seharian, unlimited). Setelah membeli tiket untuk hari ini dan untuk lusa, kamipun mengantri di halte yang ditentukan untuk naik bus nomor 100 (atau 206) menuju ke Kiyomizudera Temple yang didirikan tahun 780 M berupa bangunan kayu yang dibangun tanpa paku yang tingginya hampir 13 m. Kiyomizudera sendiri berarti temple air murni.
Belokan menuju Kiyomizudera Temple
Gerbang Kiyomizudera Temple


Perjalanan nggak jauh sih, cuma sekitar 12-15 menit gitu. Turunlah kita di halte Kiyomizumichi. Dari halte itu, kita tinggal masuk ke salah satu gang yang ada di seberangnya, agak nanjak sedikit memang untuk sampai di templenya. Tapi bagian tanjakannya banyak toko-toko souvenir dan makanan yang lucu-lucu gitu. Pasti seneng deh kalo lewat situ.
Setelah menanjak sedikit, sampailah kami di depan templenya. Gerbangnya aja udah gede banget lho. Kami berfoto-foto sebentar dan kembali berpencar untuk saling mengeksplorasi templenya. Untuk masuk ke dalam temple ini kita memang harus membeli tiket lagi.Ternyata memang bagian dalamnya keren. Ada temple jaman baheula yang terbuat dari kayu-kayu gede. Kayak film-film Jepang yang settingnya kerajaan jaman dulu gitu lho. Terus di depan templenya juga ada tempat penatapan. Jadi kita bisa foto-foto disitu yang pemandangannya adalah keseluruhan kota Kyoto.
Nah, kelar dari foto, silakan turun tangga ke tempat 3 aliran. 3 aliran air ini dipercaya mampu membawa keberuntungan. Jadi, yang kita lakukan adalah menampung airnya, terus diminum deh. Dijamin bersih kok, air dari gunung sini. 3 aliran air ini konon melambangkan; kesuksesan, kesehatan, dan peruntungan dalam asmara. Katanya sih, kalo ngambil ke-tiga-tiga-nya bakal dibilang kemaruk. Tapi, saat saya melihat di sana malah sebagian besar orang pede-pede aja kok minum dari ke 3 sumber airnya.
Nah, selesai foto-foto disitu, kamipun kembali mengarah turun ke jalan raya sambil sekali-sekali berhenti di toko-toko souvenir yang lucu.
Karena hari sudah menjelang siang lagi dan tadi kami merasa sarapan kami belum layak, kamipun memutuskan untuk makan siang. Keluar dari gang yang tadi kami masuk, berbelok ke kiri sedikit rupanya ada Chinese restaurant. Wah! Moment yang cukup membahagiakan ya. Tapi karena ada Valent yang tidak mau makan daging, akhirnya beberapa dari keluarga pun makan di tempat lain. Saya sendiri sudah sangat puas menyantap nasi goreng super uenak (atau karena laper aja sih) berdua dengan Audrey.
Selesai makan, kami berkumpul kembali dan berjalan kaki ke arah Gion Street. Sebelum sampai di Gion Street, ternyata kami menemukan sebuah temple lagi di sebelah kanan jalan yang cukup besar, Yasaka Shrine. Waktu itu temple-nya rame banget karena kayaknya ada semacam pasar kaget di sana (yang sayangnya udah tutup waktu kita mau masuk).
Di sepanjang Gion Street ini anda berbelanja lagi. Kiri dan kanan jalan dipenuhi toko-toko dengan barang-barang super lucu, unik, bahkan antik. Dan bukan cuma di Gion Street ini saja, kami menyebrang ke salah satu gang yang suasananya Jepang buanget! Seneng banget jalan di tengah gang kecil yang ramai ini. Belakangan kita tahu nama gang itu rupanya Shijo Street (Pontocho District). Lucu deh gangnya karena udah malem, jadi penerangannya pake lampion-lampion yang digantung di sepanjang jalan gitu. Terus memang keluar dari sepanjang (dan diluar) gang ini tuh toko semua!
Pontocho District
Jadilah para wanita-wanita ini belanja lageeee… Terlalu banyak toko dan barang-barang yang lucu untuk diabaikan! Kalo belanja sih emang nggak berasa ya capeknya. Ternyata tempat kita belanja yang seperti mall outdoor itu namanya Shin Kyogoku Market. Wuidih.. Lengkap deh mau cari apa aja di sana pasti ketemu dan emang lucu-lucu semua ih! Setelah capek belanja dan udah mulai malam, kamipun berhenti untuk makan malam di sebuah warung gitu.
Setelah kenyang, melihat toko-toko juga udah pada mulai tutup, kami mencari halte bus dengan nomor 205 untuk langsung ke hotel. Tepatnya, bus ini berhenti di belakang Kyoto Station sih. Jadi kami tetap harus berjalan kaki sedikit untuk ke hotel.


Selasa, 31 Dec 2013

Pagi ini kami harus naik kereta (JR Line) yang cukup jauh (dibanding kalau hanya sekedar di dalam kota). Kami menuju salah satu tempat wisata yang cukup terkenal di dekat Kyoto ini; Bamboo Arashimaya, alias Bamboo Forest yang terkenal itu lho.
Bamboo Forest
Temple yang dulu dipersembahkan untuk raja

Turun dari kereta kami hanya perlu mengikuti papan petunjuk untuk menuju ke Bamboo Forestnya. Jangan lupa, kalau mau berkunjung ke sini harus pagi-pagi ya. Pertama, enak udaranya. Kedua, pencahayaannya keren banget! Ketiga, gampang kalo mau foto-foto, soalnya masih sepi.
Terus aja susuri Bamboo Forest ini pasti nanti bakal ketemu pintu masuk ke temple gitu. Highly Recommended!!!!! Harus masuk!!!!
Keren sangat sangat sangat! Di belakang temple ini ada telaga dengan dahan-dahan pohon yang menjuntai gitu di sekitarnya. Sumprit, keren abis! Bener-bener kayak di film sama kayak di lukisan gitu deh. Pasti nggak percaya deh pemandangan kayak gitu ada yang nyata.
Telaga di belakang temple

Terus kitapun mencari Togetsukyo Bridge yang katanya sih best scenery bridge gitu. Nggak begitu susah juga kok nemunya. Deket sama food court gitu, udah tinggal maju dikit, pasti langsung ketemu jembatan kayu panjang nan gede gitu. Pastinya foto-foto lagi kita di situ.
Best Scenery Bridge

Nah, kelar dari jembatan, kita langsung jalan balik ke JR station. Karena udah kelaperan, kita berhenti di Seven Eleven untuk beli makanan dulu. Ada yang beli sushi, ayam, hot cocoa, dll deh. Terus dari Sevel itu ternyata stasiunnya udah deket. Kami naik kereta kembali ke Kyoto deh.
Kami selanjutnya pergi ke Fushimi Inari Temple. Karena malam ini adalah malam tahun baru, temple ini bakalan udah tutup pukul 7 malam karena akan dipakai untuk sembahyang. Percaya atau tidak, orang Jepang nggak pernah berpesta pora kalo new year’s eve, yang ada malah mereka berkumpul di temple dan berdoa sepanjang malam.
Fushimi Inari Temple

Nah Fushimi Inari ini sih salah satu temple yang guede banget! Uniknya, bentuk temple ini adalah naik-naik terus. Di salah satu bagian ada yang baaannyyaaakk banget gerbangnya, di setiap pilar gerbang itu ditulislah nama-nama orang yang udah menyumbang untuk membangun temple tersebut. Unik!
Turun dari Fushimi Inari, kami sempet nyobain takoyaki yang dijual di tendaan gitu dan juga makan jagung bakar. Nikmat deh lagi dingin-dingin gitu makan yang hangat-hangat. Hehehe..
Kitapun kembali naik JR Lines kembali ke Kyoto Station. Ternyata, di Kyoto Station kami menemukan salah satu restoran paling enak di dunia (lebay). Namanya JUN Lunch. Sumprit (lagi), itu roti keju yang mereka punya enak banget!! Terus ada menu super aneh yang baru sekali itu kita coba, yaitu es krim vanilla yang DISIRAM pake espresso. Tau rasanya nggak? EBUSET GILE ENAK TENAN! Jadi bagi siapapun yang ke Kyoto, ini adalah salah satu restoran yang nggak boleh ketinggalan ya.
Setelah kenyang, kami kembali ke hotel dan……………….. merayakan tahun baru di kamar hotel dengan sunyi senyap.


Rabu, 1 Jan 2014

Selamat tahun baru! Pagi ini kami sudah dijemput oleh sebuah bus untuk perjalanan Nara Village. Supirnya lucu deh. Karena nggak bisa berbahasa Inggris dengan baik, dia menggunakan handphone nya sebagai translator. Lumayan lah membantu walaupun translator kayak gitu pasti agak ngaco ya.
Destinasi pertama kami adalah Nara Park yang kayak Taman Raya Bogor, banyak rusanya! Karena rupanya arti dari ‘Nara’ adalah ‘rusa’. Kita bisa megang rusa dan foto-foto dengan mereka, semasa kita punya biskuit yang memang dikhususkan untuk makanan rusa-rusa ini. Rakus parah deh rusa-rusa ini. Tapi lucu-lucu jugaaaa!
Terus kita jalan ke sebuah temple yang ada patung Buddha nya segede gaban! Gede BANGET. Kebayang kan? Iya, gede banget banget! Dulu sih temple ini memang dipersembahkan untuk raja.
Dan uniknya, di salah satu pilar ini ada sebuah lubang yang nggak terlalu besar dan nggak terlalu kecil. Katanya, kalo kita bisa merangkak dari satu lubang ke lubang lain, our wishes will be granted!
Tentu saja kita nyoba. Awalnya agak khawatir sih ya soalnya badan pada bengkak-bengkak gini. Kan malu kalo tiba-tiba nyangkut. Hehe.. Ajaibnya, muat lho! Seru juga sih.. Cobain ya jangan lupa kalo ke tempat ini.
Udah deh, habis itu, kita langsung balik lagi ke bus. Eh tak dinyana tak disangka, ada sedikit kecelakaan nih. Tasnya Om Pepen yang berisi 1 iPad dan 1 galaxy tab hilang…
Nara National Park












Udah berusaha nyari dan keliling sih, tapi ya mungkin yang namanya nggak jodoh, ya sudah hilang…
Akhirnya udah pasrah, kitapun lanjut ke tujuan berikutnya; Octagonal Temple.
Ternyata udara dinginnya super hari ini! Jadilah kita sebelum naik ke Octagonal Temple ini perlu mengisi perut dulu. Makan dulu deh kita di salah satu resto teppanyaki yang buka. Lagian kayaknya memang itu satu-satunya yang buka, berhubung ini baru aja tahun baru, jadi kebanyakan toko dan resto pada tutup semua ya…
Octagonal Temple

Setelah mengisi perut dan toilet time, barulah kita berani sedikit menanjak ke octagonal temple nya.. Nggak begitu lama sih di sana, karena kita udah janji tadi jam 4 akan kembali ke bus, dan ternyata kitapun sedikit terlambat kembali ke busnya. Untung aja supirnya murah hati ya..
Langsung pulang deh kita dari sini.


 








Kamis, 2 Jan 2014

Pagi ini kami naik bus ke Kyoto Aquarium. Lagi-lagi, recommended juga aquarium ini. Sumprit keren boo koleksi ikan mereka! 
Rapih, bersih, nggak ada bau, kacanya masih super bening semua juga. Pokoknya anak kecil pasti seneng deh kalo diajak ke sini, berasa lagi bener-bener di bawah laut. Terus di jam-jam tertentu juga ada dolphin show. Gratis kok, jadi jangan sampai dilewatkan ya!

Kelar nonton show, para bocah mau foto-foto dulu. Ada di sepanjang jalan keluar gitu kok. Nanti hasil fotonya seolah-olah kita lagi berenang sama lumba-lumba gitu lho pokoknya. Terserah mau foto apa enggak.
Keluar dari Kyoto Aquarium, kita menuju ke Golden Temple. Di seberang Golden Temple ini ada warung soba gitu, jadi berhubung perut juga udah protes, makanlah dulu kami di situ. Udah mana udara dingin, makan yang panas-panas berkuah gitu memang the best of the best deh. Barulah selesai makan, kami merapatkan jaket dan naik ke golden templenya. Sepertinya sih, menurut saya, golden temple ini pasti masa-masa paling indah adalah kalau musim…… semi! Banyak pohon di situ yang kering kerontang karena musim dingin, pasti keren banget dong kalo bunga-bunga sakura lagi tumbuh semua di situ. Nah, mau fotonya harus sabar dan agak agresif sih. Kan semua orang mepet ke pagar tuh, jadi kita juga harus nungguin pagar mana yang kosong dan langsung ambil kesempatan untuk berfoto sebelum diambil orang. Hehe..
Golden Temple

Udah sih, dari Golden Templenya kita cuma jalan-jalan naik aja gitu, terus langsung keluar lagi.
Karena hari belum gelap dan hari itu adalah hari terakhir kita di Kyoto, kaum hawa nggak mau rugi. Balik lagi kita ke Gion Street untuk menuntaskan apa yang belum dituntaskan (red: belanja lagi!!)
Nah, diem-diem aja nih ya. Karena besok Om Eddy ultah, kitapun diem-diem membelikan kue ultah buat Om Eddy supaya bisa tiup lilin nanti tengah malem.
Belanjanya nggak begitu lama juga sih kita. Setelah selesai, kita udah langsung balik ke hotel. Nah, saya sendiri dan ortu nggak mau rugi dengan diem-diem di hotel aja masih sore gini. Jadilah kita balik lagi jalan ke Kyoto Station untuk lihat-lihat dan balik lagi makan di JUN Lunch itu untuk yang terakhir kalinya, Hiks,hiks…
Karena di Kyoto Station agak ribet dan kurang mengerti jalannya, jadi kami akhirnya nyebrang lagi ke Q’s Mall. Belanja di Uniqlo, MUJI, dan beliin makanan buat Tristan aja di food court. Habis itu kita pulang dan packing deh buat besok..


Jumat, 3 Jan 2014


(+) Tengah malem ini kami ber ramai-ramai masuk ke kamar Om Eddy untuk memberikan surprise ulang tahun dan acara tiup lilin. Ya namanya juga rame-rame ya, udah mengendap-endap pun tetep aja berisik banget.
Happy birthday, Om Eddy!


Pagi ini, saya kaget luar biasa begitu naik bus yang disewa untuk mengangkut kami ke Osaka. Bukan, bukan karena busnya kayak metro mini. Justru ini bus gedenya udah kayak buat ngangkut orang satu kelurahan. Sayapun jalan ke belakang sambil ngitungin seaternya. Buset deh, 41 seats buat 13 orang doang!
Huahahaha saya ketawa begitu melihat ekspresi anggota keluarga lain yang juga shock begitu naik ke bus. Emang ini bus bisa buat dijadiin arena main futsal deh.
Ternyata perjalanan dari Kyoto ke Osaka nggak jauh. Cuma sekitar 50 menit doang kok. Jadi pagi ini kami sampai, terus (karena belom bisa check in) kita jadilah Cuma nitip barang sementara di Trusty Hotel. So far, ini hotel paling mewah yang kami tempati. Hotel lain itu kan kamarnya super irit tempat, apalagi kamar mandinya yang cuma seukuran lavatory pesawat. Dan di sini menu breakfastnya juga jauh lebih bisa dimakan deh.
Pagi ini kami langsung aja menuju ke Osaka Castle. Namanya sih memang castle, tapi ternyata dulu fungsinya adalah benteng perlindungan untuk keluarga kerajaan. Lagi-lagi, kalau mau berkunjung ke sini disarankan pagi hari, dengan alasan yang sama seperti kalau berkunjung ke Bamboo Forest. Pastinya kalau castle atau benteng gitu kan ada di atas ya, jadilah nanjak sedikit. Sedikit doang kok. Nah, sebelum masuk ke gerbang yang terbuat dari batu-batu super gede di bagian bawah itu, ada jembatan kayu dengan pemandangannya langsung castle yang ada di atas. Inilah salah satu alasan kenapa disarankan untuk datang pagi! Supaya dapet foto keren dengan pencayahaan yang super bagus dan juga belom banyak orang.

Jembatan di Osaka Castle


Kastilnya sendiri ini cukup dilihat dari luar aja kok. Bisa sih naik ke puncaknya, tapi nggak begitu recommended. Pemandangannya ya basic scenery lah; kota Osaka dari atas. Daripada uangnya dipake buat naik, mendingan dipake buat beli makanan-makanan yang enak di bagian kantin di seberang bentengnya. Ada tempat yang jual bakpau dan ubi super enak. Cuma ada 1 kok, dan itu sebelahan, jadi nggak usah bingung.
Karena kita saling tunggu-tungguan dan rupanya cuaca di Osaka sangat mendukung, kitapun jadi enak aja berjemur di bawah sinar matahari sambil mulut ngunyah teruuuusss!
Nggak sadar, hari sudah siang sekali! Ya namanya juga winter ya, pagi rasanya kayak subuh, siang rasanya kayak pagi, begitu sore rasanya udah malem. Hehe..
Om Pepen dan Valent di gerbang Osaka Castle

Jadi habis turun dari castle ini, kitapun naik kereta kembali ke downtown dan langsung menuju yang orang-orang sebut sebagai lorong belanja.
Shinshaibashi street!
Tak disangka bakal serame itu………… RAME BUANGET!
Luar biasa lah. Jalan aja kita ya hanya bisa pelan-pelan. Dan kalau bawa anak kecil jangan lupa digandeng selalu ya anak kecilnya, takutnya tiba-tiba hilang. Wah kalau hilang, pasti setengah mati repot deh nemuinnya lagi.
Tapi, bagi yang nggak suka tempat rame pun, cobain lah ke sini. Paling enggak lihat-lihat aja sebentar, karena tempat ini juga salah satu tempat ikonik dari kota Osaka.
Selesai berkeliling di Shinshaibashi ini (nggak sempat beli apa-apa), kamipun telponan dengan Om Pepen untuk ketemuan dan kembali ke hotel bersama.
Di hotel, tanpa diduga rupanya ada beberapa kesalahpahaman tentang kupon breakfast yang harusnya kami terima. Karena memang yang memesan hotel ini bukan kami sendiri, melainkan dari pihak tour yang kami sewa, jadilah kami harus membayar lebih untuk membeli kupon breakfast untuk anak-anak yang terhitung belum dewasa.
Setelah menyelesaikan proses check in, kamipun segera naik ke kamar untuk beristirahat dan menyambut hari esok yang menyenangkan di Osaka.


Sabtu, 4 Jan 2014

Pagi ini karena belum punya rencana dan mami yang sedang tidak enak badan, kitapun mendekam di hotel sampai siang. Bukannya nggak kepengen jalan-jalan, cuma kebanyakan museum dan tempat wisata tutup karena masih libur tahun baru, jadi dihitungnya National Holiday dan bakal baru buka sekitar tanggal 6 dan seterusnya. Yang buka? Ya mall dan tempat-tempat belanja seperti Shinshaibashi itu.
Sementara di pagi hari ini Om Eddy dan keluarganya sudah pergi ke Universal Studio, Om Pepen dan keluarga, beserta Tante Ayu sudah pergi entah ke mana. Jadilah tinggal keluarga saya di hotel. Kamipun memutuskan untuk mencari makan siang ke Q’s Mall yang bener bener tinggal nyebrang. Jalan aja nggak nyampe 50 meter kayaknya sampe menapak masuk ke dalam mallnya. Setelah muter, muter, muter dan lihat semua resto ngantri ular naga panjangnya, kami mampirlah ke restoran bernama Jambuka yang terletak di lantai paling atas.
IH!!!!! Ini lagi salah satu resto yang highly recommended deh. (selera sih relative ya..)
Untung banget pas kita masuk ternyata memang masih ada meja buat kita ber-4 doang. Menu lunchnya sangat sederhana. Setiap menu cuma ada satu jenis olahan. Jadi silakan pilih mau makan ayam, ikan, beef atau pork. Menu lainnya adalah nasi goreng (mereka nyebutnya juga beneran ‘nasi goreng’ lho!) dan french fries gitu. Yang patut anda pesan adalah dessertnya. Mereka punya dessert yang disajikan di semacam keranjang yang bentuknya kayak tangga gitu. Itu adalah number 1 dessert di sana. Nggak rugi! Pesen aja deh pokoknya kalo sempet bertandang ke resto ajib ini.
Nah, dari resto ini kitapun berpencar. Mami dan saya mencari oleh-oleh buat anak-anak bayi, daddy sama adek pergi main ke SEGA (lagi). Yaudah deh, berpencar-bertemu beberapa kali sampe akhirnya kita bener-bener terpisah.
Sambil mencari, mami dan saya pun berjalan kea rah ABC Mart. Tapi bukan ABC Mart yang ada di samping SEGA lho ya, coba jalan lagi sampe ke bagian sudut mall. Bagi kalian, manusia pecinta prakarya, berbahagialah! Karena kalian telah mengunjungi tempat yang sangat tepat.
Mami yang pecinta barang-barang unik, antik, imut dan prakarya-thingy, langsung berbinar-binar dan ngeborong barang dari sini. Susah mendeskripsikan barang apa aja yang ada di sana saking banyak, lucu, dan nggak mahal juga kok! Intinya, silakan lah anda bertandang ke sana apapun barang yang anda cari, mau seaneh apapun barang itu (nggak harus cuma barang prakarya) sih saya jamin 99 ,9% semuanya ada di sana! Hehehe..
Nah karena nggak ketemu-ketemu juga, akhirnya kamipun memutuskan untuk pulang dulu ke hotel, meninggalkan pesan di kamar dan balik lagi ke Mall dan ngejogrok bego di Tully’s Coffee sambil ngeliatin orang yang berlalu lalang. Bahkan, sebelum ngejogrok di Tully’s Coffee, kami sampe udah ke information lho buat minta pengumuman panggilan dalam bahasa Inggris. Lucunya, cewek-cewek Jepang yang manis dan cantik penunggu di information itu pada grogi rupanya kalo disuruh berbahasa Inggris. Mereka sampe harus lempar-lemparan kertas yang isinya teks panggilan itu dan akhirnya yang kena belakangan berlatih berkali-kali sebelum benar-benar memberi panggilan.
Sayangnya, karena mall terlalu ribut, malah panggilannya juga nggak kedengeran.
Sudahlah…..
Ya karena udah malam dan udah capek juga, akhirnya kami kembali lagi ke hotel. Untung deh akhirnya ketemu juga pas udah malemnya.
Hehehe…


Minggu, 5 Januari 2014

Selamat pagi lagi, Osaka yang super indah!
Pagi ini rencana kami adalah…….. belanja! Hehehe.. Berhubung ini hari terakhir di Jepang, jadilah kami nggak mau rugi. Selain hunting barang buat diri sendiri, kamipun nyariin oleh-oleh dan titipan orang yang belom dapet.
Tapi, sebelum melakukan ritual belanja, pagi ini keluarga saya (hanya beserta Tante Ayu) cabcus ke gereja dulu. Misa ekspatriat pastinya.
Oh iya, sebelum kita pergi ke gereja malah keluarga Om Eddy harus pamit duluan karena mereka pulang ke Indonesia hari ini. Yah, nggak apalah cuma beda 1 hari doang.
Nah, kami mengikuti misa, dan ketemu beberapa orang Indonesia di gereja itu. Seneng lho rasanya ketemu orang yang bisa berbahasa sama dengan kita. Setelah ber ramah tamah beberapa saat dan mengetahui mereka tinggal di Jepang karena adanya yang bertugas dinas, kamipun berpisah lagi.
Bagian luar gereja ini unik rupanya. Walaupun berbentuk gedung modern, tapi ada ukiran yang menonjol di depannya. Bukan hanya kami, beberapa orang pun (mungkin juga turis) langsung berpose untuk foto di depan gereja.
Setelah selesai berfoto (sampe terduduk-duduk di jalan raya), kami kembali menuju ke stasiun metro untuk menuju ke Namba.
Ini sih mall juga, cuma outdoor dan indoor gitu. Barangnya keren-keren emang. Banyak yang ber-merk dan ada juga merk-merk individual. Yang jelas, karena isinya toko begituan, harganya nggak terlalu terjangkau ya.
Jadilah kami hanya mencari sarapan di sini. Karena selera yang berbeda-beda, kita makannya terpisah. Mami, daddy dan Tristan makan di restoran tempura. Saya makan sendiri di restoran sushi dan Tante Ayu yang nggak doyan sea food sama sekali makan hamburger (yang katanya gedenya minta ampun).
Setelah kenyang dan cuma nelusurin Namba Park Mall sebentar, kitapun memilih untuk naik taksi ke Shinshaibashi. Untung supir taksinya jujur dan baik ya. Kita bilang mau ke Shinshaibashi dia malah ketawa dan nunjukkin arah jalan, bahwa kalo mau ke Shinshaibashi itu ya tinggal jalan kaki aja. Wong dibelakangnya Namba kok. Aduh pak supir, terima kasih ya. Jadi malu. Hehehe..
Akhirnya jadilah kami jalan kaki ke Shinshaibashi. Nggak langsung nyampe di Shinshaibashinya sih, tapi sepanjang jalan itu emang udah lorong belanja aja. Kita bakal harus ngelewatin daerah yang namanya Dotunburi. Itu yang namanya daerah belanja Jepang, ya itu dia!! Wajib didatangi ya, sodara-sodara.
Terus aja jalan dari situ pasti nanti ketemu juga kok lorong Shinshaibashinya.
Bagian belakang Shinshaibashi

Nah, kita lihat-lihat lagi barang. Nggak banyak yang beli sih, cuma ngeliat aja udah seneng kok.
Nah, karena saya pribadi hunting sebuah koper dengan model terntentu (yang tadinya banyak banget dijual di Tokyo dan Kyoto), ternyata susah nemuinnya di Osaka.
Bentuknya sih koper cabin size gitu, dan vintage. Dengan belt kulit (imitasi) dan pinggirannya yang super vintage itu emang keren dehhhh..
Masalahnya, Tristanpun udah ngerengek-rengek mau ke kebun binatang yang letaknya nggak begitu jauh dari Trusty Hotel itu (daerah Abeno), namanya Abeno Zoo.
Eh, kita udah lari-lari nih ya supaya ngejar bisa ke kebun binatang (last admission jam 17.00, kita nyampe di Abeno udah jam 5 kurang) jadilah mami bargaining sama Tristan supaya ongkos yang tadinya dipake buat masuk ke kebun binatang, dipake buat main di SEGA lagi aja.
Boys.
Namanya juga bocah tengil cowok ya diterima lah. Lumayan lho rupanya kalo ditotal itu main di SEGA dengan ongkos 2000 Yen lebih alias lebih dari 200.000 rupiah. Puas-puasin deh tuh dia main, sementara yang para perempuan ini hunting koper dan barang-barang yang belom ketemu, termasuk oleh-oleh.
Fiuuuhh.. Untung aja koper yang diinginkan dapat ditemukan di Tokyu Hands. Kalo enggak, kayaknya jadi penyesalan selama 10 tahun deh nggak beli koper keren itu. Hahahaha..
Setelah beli koper, muter-muter nyari baju bayi, nyariin tas dan stationery anak-anak (buat oleh-oleh kok), jalan-jalan lagi dan belanja di ABC Mart yang kemaren sampe saking capeknya ngedeprok aja duduk di lantai mall, kamipun memutuskan untuk kembali makan malam lagi di Jambuka yang fenomenal, super enak, fantastis dan bombastis itu ya (ini lebay kok).
Udah deh… Perut kenyang, dompet terkorek, kaki pegal, dan kewajiban untuk packing lah yang memaksa kami untuk segera kembali ke hotel.
Malam ini, segala hal yang tidak mungkin, (HARUS) menjadi mungkin.
(baca: mana bisa segitu banyak barang masuk ke koper?)


Senin, 6 Januari 2014

Whenever there is a ‘hello’, there is also a ‘good bye’.
Setelah sarapan dan naikkin segitu banyak barang ke bus sewaan untuk menuju airport, tanpa terasa kamipun udah ada di lounge nya Garuda.
Sayonara, Japan! Thank you for the memories and the great times.
We’ll be back very very soon.