Minggu, 22 December 2013
Setelah melewati minggu yang melelahkan dan mendebarkan, akhirnya pagi tadi
kami bisa ke makam Mama, Tristan bisa performance drum di Waterboom dan pukul
21.52 WIB sudah bisa belewati imigrasi dan sudah nangkring di Starbucks. Ada Om
Pepen sekeluarga, kami sekeluarga dan Tante Ayu, siap untuk bertemu Om Eddy
sekeluarga yang lebih dulu tiba di Tokyo. Bersiaplah kita untuk menikmati
dinginnya Tokyo. Seperti apakah?
Berdebar2 dengan apakah cuaca dingin akan membuat kulit gatal dan
akhirnya luka-luka? Apakah bisa menemukan resto yg murah tapi uenak? Semoga
Tuhan menyertai perjalanan ini.
Senin, 23 December 2013
Setelah penerbangan selama 7 jam yang hanya diwarnai oleh tidur dan sarapan,
akhirnya kami mendarat di Narita Airport sekitar pukul 07.00 WIB atau 09.00
kalau di Jepang.
Kami dengan mudah menemukan supir yang telah disiapkan OmEddy untuk menjemput
kami di bandara dan mengantar kami langsung sampai di hotel dengan minibus yang
bisa memuat kami semua (9 orang) beserta barang-barant bawaan kami.
Begitu keluar dari hangatnya ruangan airport, kami langsung mendapat semburan
udara dingin Tokyo. Test, test... 1, 2, 3.. Oh masih bisa diterima dinginnya.
Mari cabut ke hotel..
***
Begitu tiba di hotel, kami disambut oleh Om Eddy. Karena bakal baru bisa check
in jam 3 sore nanti, kamipun menitipkan barang bawaan kami di kamar Om Eddy dan
Tante Ningrum. Kok cuma ber-4 aja 2 kamar? Ya soalnya, kamarnya mini
bangeeeettt! Bener-bener cuma muat untuk 2 orang to'!
Yo wis lah, istilahnya kan cuma buat numpang tidur sama naro barang ini...
Setelah naro barang dan (ada beberapa) yang mandi, kita langsung cabut untuk
mencari stasiun metro terdekat. Ternyata yang 'terdekat' nggak dekat-dekat
amat. Kita harus ke Ikebukuro Station yg jaraknya lumayan juga. Sekitar 500m
melewati Sunshine City, Sega dan Seibu.
|
Ikebukuro (Sunshine City) |
Dari Ikebukuro, kita langsung menuju ke Asakusa naik metro.
Setibanya di Asakusa, kita langsung makan siang dulu, soalnya udah telat.
Setelah makan, kita menuju ke Sensoji
Temple untuk melihat salah satu temple di sana. Tempatnya menarik dan unik dengan
gerbang raksasa yang mengawali deretan toko-toko kecil bernuansa merah dengan
lorong-lorong yang mengarah ke temple nya.
Saat di temple kita juga bisa mencoba ramalan keberuntungan dengan hanya 100 ¥
saja. Jangan khawatir, di kertas ramalannya ada bahasa Inggrisnya kok.
|
Sensoji Temple |
|
Ramalan Keberuntungan |
Setelah berfoto di depan temple dengan langit yang mulai menggelap (jam 5
sore), kamipun mencari makanan. Mami menargetkan mau mencoba soba. Ketemu sih
dengan warung soba yang menjadi tujuan, sayangnya sudah tutup. Jadi kami
mencoba mencari resto lain. Beberapa resto menolak kami karena jumlah kami yang
ber-13, namun akhirnya kami bertemu juga dengan restoran yang bisa menampung
kami.
Ada yang memesan soba, udon, atau nasi dengan tempura.
Setelah selesai makan, kami melanjutkan perjalanan ke Sky Tree Tower dengan
berjalan kaki. Lumayan jauh, tapi akhirnya sampai juga.
Mau naik, tapi antriannya terlalu panjang. Yaudah, cuma nangkring bentar dan
numpang
lewat. Karena udah capek dan malam, dari Sky Tree Tower, kembali lah kita ke
Ikebukuro.
Selasa, 24 December 2013
Pagi ini begitu keluar hotel, kami makan di resto kecil (semuanya emang kecil
sih) di deket hotel untuk sarapan. Selesai sarapan, kami kembali menuju ke
Sunshine City. Mau lihat-lihat dulu lah sebentar dan cari kereta dorong bayi
untuk Valent yg dari kemarin kecapekan di jalan. Eh, karena satu dan lain hal
kamipun sempat terpencar-pencar dan bingung karena sulit berkomunikasi. Tapi,
akhirnya ketemu lagi setelah sekitar satu jam an. Dari Sunshine City, kami
menuju ke Ikebukuro Sta dan naik metro lagi menuju ke Shinjuku.
Karena belum mengerti betul cara naik metro dan cara beli tiketnya, waktu kami
banyak dihabiskan di jalan dan saling menunggu satu sama lain.
|
Lho? |
|
Di depan Gyoen National Park |
Kami tiba di Shinjuku siang hari dan hendak menuju ke Gyoen National Park.
Sayangnya ternyata park nya sedang tutup karena harus dibersihkan setelah libur
nasional kemarin. Kita akhirnya sibuk berfoto-foto di gerbangnya (di gerbangnya
doang aja udah keren).
Setelah itu kami berjalan-jalan lagi dan makan di Yoshinoya.
Dari Yoshinoya Shinjuku, karena dikejar waktu kami harus naik taksi ke salah
satu di Tokyo (Fransiscan Chapel) untuk misa malam Natal.
Agak telat sedikit sih, tapi kamipun akhirnya merayakan misa malam Natal
bersama-sama.
Setelah dari gereja, sekitar pukul 6 sore, kami berjalan kaki sambil menikmati
dinginnya malam Natal di Tokyo, menuju Shibuya.
Nggak dekat juga rupanya, tapi lumayan lah.... jadi bisa melihat toko-toko unik
dan lucu yang terselip di lorong-lorong ibukota Jepang tersebut.
Kamipun akhirnya tiba di Shibuya dan melihat-lihat beberapa toko dan food
festival. Kami juga sempat berfoto di patung Hachiko yang legendaris dan juga
Shibuya's crossroads yang super terkenal karena ramainya orang yang menyebrang
jalan ke berbagai arah dalam sekali lampu hijau itu. Nggak lupa, ada juga segerombolan anak-anak muda yang kayaknya sih nekad-nekad an pake baju kayak santa klaus gitu tapi terbuka. Bayangkan!! Pas musim dingin, malem-malem pula!
Karena anak-anak kecil pada kepengin makan McD, akhirnya berbondong-bondong lah
kami nangkring dulu di McD.
|
Patung Hachiko Christmas Edition :D |
|
Baju itu pas winter? No way! |
|
Karena hari juga sudah malam dan udara semakin dingin, kamipun memutuskan untuk
segera kembali ke Ikebukuro lagi langsung dari Shibuya Sta. Ternyata, di bawah
itu (menuju ke Shibuya Sta.), ada kumpulan pattiserie dan toko cokelat. Mampir
lah dulu kami ke sana. Tristan membeli macaron, ada yang membeli cokelat, ada
juga yang membeli berbagai macam roti dan kue yang ada di sana dari berbagai
merk.
Setelah puas membeli makanan, kamipun pulang...
Rabu, 25 December
Hari ini kami pergi berkeliling kota Tokyo tanpa keluarga Om Eddy karena mereka
sudah berencana sejak awal untuk mengunjungi Disney World seharian untuk
melihat festival kembang api untuk perayaan Natal hari ini.
Jadi, pagi ini kami kembali pergi ke Sunshine City dulu untuk mencari sarapan.
Setelah melihat-lihat, kami memutuskan untuk menepi ke café bernama Sun Flowers
Café untuk sarapan. Menu yang mereka punya adalah berbagai macam pancake. Ada
yang memesan plain pancake, blueberry pancake dan peach pancake. Lumayan lah
walaupun kurang mengenyangkan. Kami sarapan bersama-sama dan kemudian segera
menuju ke Ikebukuro Sta untuk pergi ke Ueno. Untuk meyakinkan benarnya arah
metro yang kami tumpangi, kami bertanya pada seorang penduduk Jepang cara
mencapai Ueno Park. Orang tersebut (seorang laki-laki paruh baya) mengatakan
bahwa kami menaiki metro yang salah dan harus turun di stasiun berikutnya.
Karena percaya pada orang tersebut, kamipun turun di stasiun berikutnya. Namun,
setelah memeriksa peta metro, kami kembali menaiki metro pada jalur tersebut.
Di stasiun pemberhentian berikutnya, kami kaget karena bapak tersebut menaiki
metro yang sama dengan kami. Seharusnya dia sudah jauh di depan dengan metro
yang tadinya kami tumpangi dong? Oh ternyata bapak tersebut kembali hanya untuk
memberitahukan kepada kami bahwa arahan yang dia berikan tadi itu salah.
Sungguh sangat baik hati dan luar biasa orang-orang Jepang ini... Mengagumkan.
Nah, benar rupanya perasaan kami bahwa kami kurang kenyang tadi. Jadi begitu
keluar dari Ueno Sta, kami langsung makan di Pepper Lunch yang terletak di
dekat stasiun.
Tujuan kami setelah makan (lagi) ini adalah Ueno Park. Ternyata eh ternyata,
Ueno Park itu bisa ditempuh hanya dengan lift yang terletak di gedung Pepper
Lunch (dan ada beberapa resto lainnya). Cukup menekan tombol lift menuju lantai
paling atas (RF) dan voíla! Sampailah anda di Ueno Park. Kami berjalan-jalan
dan melihat shrine (sejenis temple) yang ada di sana. Ada juga makam seorang
prajurit yang sepertinya sangat dihormati. Shrine nya ternyata masih tembus ke
belakang lagi. Kebetulan, di belakang shrine tersebut ternyata ada kumpulan 6
wanita berpenampilan unik yang memainkan alat musik yang biasanya jarang
dimainkan oleh kaum mereka; saxophone, akordion, drum mini, dll. Ternyata
permainan mereka luar biasa menarik dan mengagumkan. Semua penonton ikut
bertepuk tangan dan melompat kecil-kecil mengikuti irama lagu yang mereka
mainkan.
|
Bagian dalam Ueno Park |
Setelah beberapa lagu, kami memutuskan untuk segera turun agar dapat
mengunjungi Tokyo Tower sebelum terlalu malam. Kami kembali ke Ueno Sta dan
menuju ke Hamamatsucho
sta (Yamanote Line).
Hanya perlu berjalan sedikit untuk mencapai Tokyo Tower. Langit mulai kembali
menggelap. Untungnya, antrean untuk membeli tiket naik tidak panjang dan cepat.
Kamipun membeli tiket hanya untuk naik sampai ketinggian 150 m (ada special
observatory dari ketinggian 250 m). Memang rupanya pemandangan kota Tokyo dan
sekitarnya dari atas Tokyo Tower luar biasa indahnya. City light yang
berwarna-warni, terang dan kelap-kelip sungguh keren!
Setelah puas berfoto dan menikmati city light view di atas, kami turun untuk
mencari makanan. Ternyata tidak ada restoran yang memanggil dan hanya anak-anak
yang (lagi-lagi) kepengin makan McD yang kebetulan ada di situ. Kami juga
sempat melihat Tokyo Tower Aquarium. Kirain isinya ikan-ikan cantik yang
berwarna-warni nan lucu. Ternyata ikan-ikan koleksi di situ adalah ikan-ikan
yang seharusnya hidup di dasar laut, namun terangkat ke permukaan saat
gelombang tsunami. Terbayang dong bentuk mereka yang sebesar raksasa, gigi yang
runcing, mata yang mengerikan dan bentuk tubuh yang super aneh serta tidak berkeperi-ikan-an?
Not recommended untuk bawa anak-anak ke sana. Serem.
Selesai dari Tokyo Tower, satu tujuan terakhir kami adalah Harajuku. Nama yang
harusnya sih semua orang pernah denger. Salah satu dari beberapa tempat paling
terkenal di Jepang yang juga menjadi patokan mode fashion. Banyak banget
toko-toko yang menjual barang-barang, baju, sepatu, tas, topi, dll dsb dst yang
SUPER LUCU!
Sayangnya malam ini kami udah kecapekan sampe nggak napsu lagi buat belanja.
Jadi hari ini kami tutup dengan makan di Yoshinoya dan pulang ke hotel kami.
Kamis, 26 December 2013
Judul pagi ini, adalah BALAS DENDAM. Karena kemarin kita mengunjungi Harajuku
saat kaki udah luar biasa sakit sampe cuma pengin buru-buru pulang, (nggak
napsu belanja), jadilah destinasi pertama kami pagi ini adalah..... Harajuku!
|
Harajuku Station |
Nah, mumpung masih segar bugar dan penuh semangat, gairah belanja kami malah
nggak ada habisnya. Gimana caranya mau belanja kalo jalan ber-13? Hohoho.. Kami
punya metode yang cukup bisa diandalkan, lho. Caranya kami berkumpul dulu di
depan toko crepes legendaris, Marion Crepes. Dari situ, kami memecah diri
menjadi beberapa kelompok, umumnya sih per-keluarga (tapi ada juga yang mau
ngikut tantenya aja). Setelah tau yang ini dan yang itu mau ikut dengan siapa,
kami menyepakati jam berapa kami akan bertemu lagi di tempat yang sama. Okelah,
kami akan bertemu lagi jam 12.00 disini. Dan.... menyebaarr..
Wuah, bener-bener kalap pasti kalau anda adalah pecinta fashion, apalagi memang
menyukai gaya Harajuku yang sangat-Jepang dan super lucu. Persis kayak
tokoh-tokoh anime itu deh pokoknya! Harganya sih ada dari yang super murah,
murah, agak mahal, dan mahal banget. Pastinya perbedaan terletak di kualitas
barangnya.
Nah, kalo jalan-jalan di sepanjang gang Harajuku ini, jangan pernah cuma
sekedar melihat apa yang ada di depan mata. Telusuri deh tuh, toko-toko yang ke
bawah tanah atau yang ada di lantai 2. Nggak bakal nyesel, deh! Kadang anda
bisa menemukan barang-barang yang super lucu dengan kualitas oke dan harga yang
terjangkau. Belum lagi kalo lagi diadakan sale-sale gitu.
Karena belanja, belanja, belanja, kami baru sadar itu sudah pukul 12 lewat.
Walah, kami malah telat kembali ke meeting pointnya. Sampai di meeting point
itu, ternyata yang pada nungguin kami masih ngantri juga mau beli crepes. Fiuh,
untung nggak ditinggal. Hehe..
Pertanyaan-pertanyaan pun keluar, "wuih! Beli apa tuh?" "Masuk
toko yang 'itu' nggak?" "Yaampun kok murah sih?"dan "udah
puas belom?. Nah, pertanyaan itu lgsg saya jawab dengan agresif,
"belom!!". Janjian lagi aja ya, jam setengah 2 kita balik lagi di
sini. Yang capek boleh aja nangkring dulu di warung kopi. Sip! Kami mengulang
lagi perburuan kami dan memang cukup membawa hasil lah satu setengah jam ekstra
itu.
Setengah 2 lewat kami sudah berkumpul di warung kopi yang dari tadi udah
ditongkrongin. Ternyata masih ada yang mau beli korek api super keren yang ada
ukirannya gitu. Jadilah kami masih menunggu lagi.
Intinya, kami baru benar-benar keluar dari Harajuku itu pukul 3 lewat. Jadi
hikmahnya, nggak bisa cuma sebentar kalo mengunjungi Harajuku. Tadinya
kami mau mengunjungi Meiji Shrine juga
yang terletak dibelakang Harajuku Sta, tapi ternyata memang lagi tutup karena
hari libur nasional. Jadi karena udah tanggung, udah hampir jam 4, matahari
udah mulai turun dan pasti tempat wisata udah pada mau tutup juga, kami
memutuskan bahwa hari itu adalah Shopping Day. Nggak pake tanggung, kami jalan
kaki ke Shibuya. Jangan ditiru, karena ternyata jauh juga sih jalan kaki ke
Shibuya itu, walaupun seneng. Kami melewati gang-gang kecil yang mepet ke
jalan, banyak restoran dan butik-butik yang super unik di situ. Nggak usah beli
atau masuk, lihat dari luar aja pasti udah seneng dan terkagum-kagum deh. Sama
seperti sebelumnya, jalan kaki ke Shibuya dari Harajuku juga tidak dekat.
|
The famous Shibuya Cross roads |
Kali ini kami masuk dari jalur yang berbeda, bukan lewat patung Hachiko
melainkan lewat bagian dalamnya. Nah, karena lapar dan sudah mau malam, kami
memutuskan untuk makan dulu. Kami makan dengan berpencar karena ada yang mau
makan sashimi, ada yang nggak, ada yang mau makan western food, ada yang nggak.
Akhirnya kami berjanji akan berkomunikasi lagi via telephone nantinya. Saya
sendiri makan di sebuah resto Jepang asli yang harus turun tangga dulu ke
bawah, entah apa namanya. Pokoknya mereka punya sashimi paling enak di dunia
deh! GILE ENAK BUANGET!!
Selanjutnya pokoknya setelah makan, kami berkumpul lagi. Hanya keluarga Om Eddy
yang nggak bisa dihubungi lagi. Maka kamipun akhirnya berkeliling-keliling lagi
dan mampir ke kumpulan pertokoan bakery dan patisserie yang ada di Shibuya Sta.
Setelah itu kamipun pulang. (Om Eddy menyusul pulang belakangan).
Jumat, 27 Dec 2013
Pagi ini, Tristan dan Aurel sudah berencana untuk mengunjungi dulu SEGA game
centre yang ada di sebelah Sunshine City. Sementara saya dan keluarga Om Pepen
(+ Tante Ayu) sarapan di western resto yang ada di gang sebelah SEGA. Kamipun
akhirnya berkumpul semua lagi di SEGA untuk selanjutnya mengunjungi Akibahara,
daerah elektroniknya Tokyo.
Di Akibahara, kami kembali memakai metode seperti yang di Harajuku karena
daerah elektronik ini luas pastinya. Barang yang kami cari hari ini adalah jam
tangan Casio karena pasti lebih murah daripada yang di Indonesia. Sempet
nanya-nanya harga iPhone dan Samsung sih, tapi ternyata harganya sama dan
bahkan lebih mahal. Terus, kalopun kita mau beli, baru 2 tahun kemudian kita
bisa pake dengan menggunakan SIM card Indonesia, kecuali yang Unlock SIM. Tapi
jarang yang nemu..
Akhirnya kami menemukan juga toko jam tangan. Ada Casio, G-Shock, Baby-G, Rolex,
Luminox dan lain-lain. Lengkap lagi koleksi mereka.
Setelah membeli beberapa jam tangan, kami kembali ke Akibahara Sta dan nyemil
dulu makanan-makanan kecil yang dijual di sana, sekalian menghangatkan badan.
Setelah itu, kami segera menuju ke tujuan kami berikutnya yang cukup jauh juga,
Odaiba Island. Untuk ke Odaiba Island ini kami harus naik Yamanote Line yang
menuju ke Shimbashi Sta dan berganti private line yang direct ke Odaiba Sta.
Odaiba Island ini sendiri kayak kota mainan. Kota buatan gitu deh. Bahkan ada
patung Libertynya, lho. Dari stasiun, kami langsung nyebrang jembatan dan
lari-lari ke dalam Aqua City Mall. Buset gelo dingin banget booo! Soalnya kan
letaknya di tepi laut tuh, jadi kebayang dong lagi winter begitu anginnya kayak
apaan tau...
|
Aqua City Odaiba |
|
Odaiba Windwhirl |
Nah, di dalam mall, kami langsung mencari food court untuk makan. Di food court
ada berbagai makanan, most of them sih makanan Jepang, kayak tempura, udon,
gitu-gitu, tapi ada juga kok yang western fast food kayak Burger King gitu. Ada
juga resto lain sih sebenernya, tapi kita lebih milih makan di food court aja
biar lebih gampang.
Selesai makan, kita keluar dari mall, menuju ke windwhirl nya Odaiba. Kamipun
membeli tiket untuk naik, ada 2 jenis tiket, yang pertama (lebih mahal),
gerbong yang kita naiki itu dari kaca semua (transparan), mulai dari atap
sampai ke lantai, jadi lebih mudah untuk melihat pemandangannya. Yang kedua,
gerbongnya seperti biasa, hanya jendelanya yang dari kaca.
Kamipun naik per keluarga, walaupun ada yang lebih memilih untuk menunggu di
cafe daripada kedinginan menunggu di luar.
Setelah 1 kali putaran (sekitar 15 menit), kamipun turun dan menyusul yang
lainnya. Ternyata anak-anak pada masih mau bermain bungee jumpimg yang ada di
halaman mall dekat wind-whirl. Tidak puas cuma sekali, mereka minta naik lagi
terus-terusan. Ya namanya juga masih bocah, kalo sudah excited dinginpun nggak
berasa. Sisanya memilih masuk ke mall untuk menghangatkan diri.
Di mall ini ternyata ada yang namanya WEB History Garage. Isinya mobil-mobil
jaman baheula banget tapi masih super kinclong. Juga ada iklan-iklan mobil
jaman dulu yang ditayangkan di layar. Gratis kok masuknya, jadi yang penggemar
motif, pasti bahagia banget kalo masuk ke tempat ini.
Selesai dari WEB History Garage itu kami mencari-cari jalan menuju Gundam
Robot. Robot super besar yang ada di depan sebuah mall masalahnya kami
nggak tau mall mana yang dimaksud. Ternyata kami memang masih harus keluar dari
malk tersebut dan berjalan (nyebrang) ke mall lain. Tanya aja deh kemana sih arah
Gundam Robot itu, orang-orang di sana pasti pada tau deh.
Karena udah malem lagi, cuma Tristan dan Ourel yang pergi melihat Gundam,
sementara yang lain lebih memilih duduk-duduk lagi di food court sambil mengisi
perut atau sekedar minum kopi. Nah, setelah semuanya mengisi perut, kamipun
segera kembali ke Stasiun untuk kembali ke Ikebukuro sebelum udara jadi lebih
dingin lagi.
Sabtu, 28 Dec 2013
Pagi-pagi ini kami dijemput oleh minibus 15 seater yang telah kami sewa untuk
pergi ke Hakone. Kami berangkat pukul 9 pagi dari hotel dan menempuh perjalanan
selama sekitar 2,5 jam lebih. Kami tiba di Hakone sudah sekitar pukul 12.
|
Say yes to snow! |
|
Pemilik resto sashimi yang sangat ramah |
Maka
tentu kamipun langsung meminta pak supir untuk membawa kami ke resto terdekat.
Komunikasi agak sulit dikarenakan pak supir tidak bisa berbahasa Inggris, jadi
harus sedikit menggunakan bahasa tarzan alias bahasa tubuh.
Terjadi sedikit kesalahpahaman selama pencarian resto tersebut, tapi akhirnya
kami makan secara terpencar lagi. Silakan dipilih, cukup banyak warung yang
menjual makanan-makanan. Ada resto western juga, tapi sedikit atau malah cuma
satu.
Selesai makan, kami menuju ke belakang restoran yang ternyata adalah laut!!
Hakone yang bersalju dengan matahari yang bersinar dengan salju yang putih dan
laut yang biru adalah pemandangan yang sangat indah.
|
Laut di belakang resto |
Kami tidak berlama-lama di sana, kami berfoto dan melihat salah satu toko
souvenir, lalu segera kembali ke mini bus. Minibus langsung mengarah pulang,
namun kami melewati daerah pegunungan yang benar-benar indah. Semuanya
putiiihhh tertutup salju dan juga banyak air yang mengkristal di dahan-dahan
pepohonan. Pokoknya cantiknya tidak terlukiskan dengan kata-kata deh.
Kamipun berhenti untuk membeli hot chocolate dan makanan hangat. Menurut
pengukur suhu udara gede yang ada di situ sih, suhu saat kami di sana adalah -3
derajat Celcius. Hoho! Lumayan juga ya rupanya..
Perjalanan pulang kami ke Tokyo tidak terasa, dan kami meminta untuk diturunkan
di Sunshine City. Karena hari ini adalah hari terakhir kami di Tokyo, kamipun
ingin melakukan penuntasan belanja di sini. Hahahaha..
Disepakati bahwa masing-masing boleh berkeliling sepuasnya dan pulang ke hotel
masing-masing saja. Kamipun makan dulu di sebuah Thai Resto yang ada di mall
itu dan berpencar lagi untuk mencari barang masing-masing. Mami, daddy dan
Tristan memutuskan untuk pergi lagi ke Harajuku karena barang yang Tristan
pengen ada di soccer shop yang cuma ada di sana. Kami menitipkan barang-barang
yang telah kami beli di loker penitipan, cuma 400 yen kok untuk loker yang
gede. Jadi, nggak rugi dan dijamin aman lho.
Seperti perjanjian, kamipun kembali ke hotel masing-masing.
Minggu, 29 Dec 2013
Seperti kemarin, pagi ini jam setengah 9 kami sudah siap di bus untuk
perjalanan ke kota selanjutnya, Kyoto. Ternyata bus yang kami naiki lebih besar
kali ini.
Idealnya, perjalanana ke Kyoto harusnya hanya memakan waktu sekitar 5 jam,
namun entah mengapa, perjalanan yang kami tempuh lebih dari 7 jam. Tentujya
sudah termasuk toilet time dan berhenti di Family Mart dimana kami boleh
membeli makan siang seadanya.
Jadi, singkat cerita, hari sudah gelap saat kami tiba di Kyoto. Setelah check
in di Kyoto Plaza Hotel dan meletakkan barang, kami segera pergi ke Q's Mall
yang (hore!!) terletak di seberang mall kami. Tentunya kami ke mall untuk
mencari makan malam yang layak, dan lagi-lagi kami berpencar sesuai selera
masing-masing. Saya sendiri bersama ortu dan Tante Ayu makan di Rakhu Ra
Shabu-Shabu. Di mall itu, nggak ada restoran yang nggak ngantri lho. Semuanya
ngantri!! Jadi harus sabar nungguin waiting list, lagian orang sini kalo makan
cepet kok, pada tau diri kalo ditungguin, nggak kayak orang Indonesia. Hehehe..
Jadilah kami makan malam, lalu cuma sempet lihat-lihat sebentar mallnya karena
udah mau tutup juga lalu kembalinke hotel untuk beristirahat.
Senin, 30 Dec 2013
Pagi pertama di Kyoto! Pagi ini kami sarapan dulu di hotel. Makanannya memang
mungkin agak sulit diterima sih, soalnya Jepang banget. Bukan makanan Jepang
yang suka dijual di restoran-restoran gitu, ini sih agak aneh-aneh makanannya.
Tapi dikasih nasi putih kok, ada rumput laut, ada miso shiru, dan ada roti
panggang juga.
Setelah sarapan kamipun pergi ke Kyoto Station yang luar biasa guedenya…. Kyoto
Station bahkan sampe punya 3 mall lho. Ada ISETAN Mall, Porta Underground
Shopping Mall, dan The Cube Shopping Mall. Di Kyoto Station, kami membeli tiket
bus yang all day (untuk seharian, unlimited). Setelah membeli tiket untuk hari
ini dan untuk lusa, kamipun mengantri di halte yang ditentukan untuk naik bus
nomor 100 (atau 206) menuju ke Kiyomizudera Temple yang didirikan tahun 780 M
berupa bangunan kayu yang dibangun tanpa paku yang tingginya hampir 13 m.
Kiyomizudera sendiri berarti
temple air
murni.
|
Belokan menuju Kiyomizudera Temple |
|
|
Gerbang Kiyomizudera Temple |
Perjalanan nggak jauh sih, cuma sekitar 12-15 menit gitu. Turunlah kita di
halte Kiyomizumichi. Dari halte itu, kita tinggal masuk ke salah satu gang yang
ada di seberangnya, agak nanjak sedikit memang untuk sampai di templenya. Tapi
bagian tanjakannya banyak toko-toko souvenir dan makanan yang lucu-lucu gitu.
Pasti seneng deh kalo lewat situ.
Setelah menanjak sedikit, sampailah kami di depan templenya. Gerbangnya aja
udah gede banget lho. Kami berfoto-foto sebentar dan kembali berpencar untuk
saling mengeksplorasi templenya. Untuk masuk ke dalam temple ini kita memang
harus membeli tiket lagi.Ternyata memang bagian dalamnya keren. Ada temple jaman baheula yang terbuat
dari kayu-kayu gede. Kayak film-film Jepang yang settingnya kerajaan jaman dulu
gitu lho. Terus di depan templenya juga ada tempat penatapan. Jadi kita bisa
foto-foto disitu yang pemandangannya adalah keseluruhan kota Kyoto.
Nah, kelar dari foto, silakan turun tangga ke tempat 3 aliran. 3 aliran air ini
dipercaya mampu membawa keberuntungan. Jadi, yang kita lakukan adalah menampung
airnya, terus diminum deh. Dijamin bersih kok, air dari gunung sini. 3 aliran
air ini konon melambangkan; kesuksesan, kesehatan, dan peruntungan dalam
asmara. Katanya sih, kalo ngambil ke-tiga-tiga-nya bakal dibilang kemaruk.
Tapi, saat saya melihat di sana malah sebagian besar orang pede-pede aja kok
minum dari ke 3 sumber airnya.
Nah, selesai foto-foto disitu, kamipun kembali mengarah turun ke jalan raya
sambil sekali-sekali berhenti di toko-toko souvenir yang lucu.
Karena hari sudah menjelang siang lagi dan tadi kami merasa sarapan kami belum
layak, kamipun memutuskan untuk makan siang. Keluar dari gang yang tadi kami
masuk, berbelok ke kiri sedikit rupanya ada Chinese restaurant. Wah! Moment
yang cukup membahagiakan ya. Tapi karena ada Valent yang tidak mau makan
daging, akhirnya beberapa dari keluarga pun makan di tempat lain. Saya sendiri
sudah sangat puas menyantap nasi goreng super uenak (atau karena laper aja sih)
berdua dengan Audrey.
Selesai makan, kami berkumpul kembali dan berjalan kaki ke arah Gion Street.
Sebelum sampai di Gion Street, ternyata kami menemukan sebuah temple lagi di
sebelah kanan jalan yang cukup besar, Yasaka Shrine. Waktu itu temple-nya rame
banget karena kayaknya ada semacam pasar kaget di sana (yang sayangnya udah
tutup waktu kita mau masuk).
Di sepanjang Gion Street ini anda berbelanja lagi. Kiri dan kanan jalan
dipenuhi toko-toko dengan barang-barang super lucu, unik, bahkan antik. Dan
bukan cuma di Gion Street ini saja, kami menyebrang ke salah satu gang yang
suasananya Jepang buanget! Seneng banget jalan di tengah gang kecil yang ramai
ini. Belakangan kita tahu nama gang itu rupanya Shijo Street (Pontocho District). Lucu deh gangnya
karena udah malem, jadi penerangannya pake lampion-lampion yang digantung di
sepanjang jalan gitu. Terus memang keluar dari sepanjang (dan diluar) gang ini
tuh toko semua!
|
Pontocho District |
Jadilah para wanita-wanita ini belanja lageeee… Terlalu banyak toko dan
barang-barang yang lucu untuk diabaikan! Kalo belanja sih emang nggak berasa ya
capeknya. Ternyata tempat kita belanja yang seperti mall outdoor itu namanya
Shin Kyogoku Market. Wuidih.. Lengkap deh mau cari apa aja di sana pasti ketemu
dan emang lucu-lucu semua ih! Setelah capek belanja dan udah mulai malam, kamipun
berhenti untuk makan malam di sebuah warung gitu.
Setelah kenyang, melihat toko-toko juga udah pada mulai tutup, kami mencari
halte bus dengan nomor 205 untuk langsung ke hotel. Tepatnya, bus ini berhenti
di belakang Kyoto Station sih. Jadi kami tetap harus berjalan kaki sedikit
untuk ke hotel.
Selasa, 31 Dec 2013
Pagi ini kami harus naik kereta (JR Line) yang cukup jauh (dibanding kalau
hanya sekedar di dalam kota). Kami menuju salah satu tempat wisata yang cukup
terkenal di dekat Kyoto ini; Bamboo Arashimaya, alias Bamboo Forest yang
terkenal itu lho.
|
Bamboo Forest |
|
Temple yang dulu dipersembahkan untuk raja |
Turun dari kereta kami hanya perlu mengikuti papan petunjuk untuk menuju ke
Bamboo Forestnya. Jangan lupa, kalau mau berkunjung ke sini harus pagi-pagi ya.
Pertama, enak udaranya. Kedua, pencahayaannya keren banget! Ketiga, gampang
kalo mau foto-foto, soalnya masih sepi.
Terus aja susuri Bamboo Forest ini pasti nanti bakal ketemu pintu masuk ke
temple gitu. Highly Recommended!!!!! Harus masuk!!!!
Keren sangat sangat sangat! Di belakang temple ini ada telaga dengan
dahan-dahan pohon yang menjuntai gitu di sekitarnya. Sumprit, keren abis!
Bener-bener kayak di film sama kayak di lukisan gitu deh. Pasti nggak percaya
deh pemandangan kayak gitu ada yang nyata.
|
Telaga di belakang temple |
Terus kitapun mencari Togetsukyo Bridge yang katanya sih best scenery bridge
gitu. Nggak begitu susah juga kok nemunya. Deket sama food court gitu, udah
tinggal maju dikit, pasti langsung ketemu jembatan kayu panjang nan gede gitu.
Pastinya foto-foto lagi kita di situ.
|
Best Scenery Bridge |
Nah, kelar dari jembatan, kita langsung jalan balik ke JR station. Karena udah
kelaperan, kita berhenti di Seven Eleven untuk beli makanan dulu. Ada yang beli
sushi, ayam, hot cocoa, dll deh. Terus dari Sevel itu ternyata stasiunnya udah
deket. Kami naik kereta kembali ke Kyoto deh.
Kami selanjutnya pergi ke Fushimi Inari Temple. Karena malam ini adalah malam
tahun baru, temple ini bakalan udah tutup pukul 7 malam karena akan dipakai
untuk sembahyang. Percaya atau tidak, orang Jepang nggak pernah berpesta pora
kalo new year’s eve, yang ada malah mereka berkumpul di temple dan berdoa
sepanjang malam.
|
Fushimi Inari Temple |
Nah Fushimi Inari ini sih salah satu temple yang guede banget! Uniknya, bentuk
temple ini adalah naik-naik terus. Di salah satu bagian ada yang baaannyyaaakk
banget gerbangnya, di setiap pilar gerbang itu ditulislah nama-nama orang yang
udah menyumbang untuk membangun temple tersebut. Unik!
Turun dari Fushimi Inari, kami sempet nyobain takoyaki yang dijual di tendaan
gitu dan juga makan jagung bakar. Nikmat deh lagi dingin-dingin gitu makan yang
hangat-hangat. Hehehe..
Kitapun kembali naik JR Lines kembali ke Kyoto Station. Ternyata, di Kyoto
Station kami menemukan salah satu restoran paling enak di dunia (lebay).
Namanya JUN Lunch. Sumprit (lagi), itu roti keju yang mereka punya enak
banget!! Terus ada menu super aneh yang baru sekali itu kita coba, yaitu es
krim vanilla yang DISIRAM pake espresso. Tau rasanya nggak? EBUSET GILE ENAK
TENAN! Jadi bagi siapapun yang ke Kyoto, ini adalah salah satu restoran yang nggak
boleh ketinggalan ya.
Setelah kenyang, kami kembali ke hotel dan……………….. merayakan tahun baru di
kamar hotel dengan sunyi senyap.
Rabu, 1 Jan 2014
Selamat tahun baru! Pagi ini kami sudah dijemput oleh sebuah bus untuk
perjalanan Nara Village. Supirnya lucu deh. Karena nggak bisa berbahasa Inggris
dengan baik, dia menggunakan handphone nya sebagai translator. Lumayan lah
membantu walaupun translator kayak gitu pasti agak ngaco ya.
Destinasi pertama kami adalah Nara Park yang kayak Taman Raya Bogor, banyak
rusanya! Karena rupanya arti dari ‘Nara’ adalah ‘rusa’. Kita bisa megang rusa
dan foto-foto dengan mereka, semasa kita punya biskuit yang memang dikhususkan
untuk makanan rusa-rusa ini. Rakus parah deh rusa-rusa ini. Tapi lucu-lucu
jugaaaa!
Terus kita jalan ke sebuah temple yang ada patung Buddha nya segede gaban! Gede
BANGET. Kebayang kan? Iya, gede banget banget! Dulu sih temple ini memang
dipersembahkan untuk raja.
Dan uniknya, di salah satu pilar ini ada sebuah lubang yang nggak terlalu besar
dan nggak terlalu kecil. Katanya, kalo kita bisa merangkak dari satu lubang ke
lubang lain, our wishes will be granted!
Tentu saja kita nyoba. Awalnya agak khawatir sih ya soalnya badan pada
bengkak-bengkak gini. Kan malu kalo tiba-tiba nyangkut. Hehe.. Ajaibnya, muat
lho! Seru juga sih.. Cobain ya jangan lupa kalo ke tempat ini.
Udah deh, habis itu, kita langsung balik lagi ke bus. Eh tak dinyana tak
disangka, ada sedikit kecelakaan nih. Tasnya Om Pepen yang berisi 1 iPad dan 1
galaxy tab hilang…
|
Nara National Park |
Udah berusaha nyari dan keliling sih, tapi ya mungkin yang namanya nggak jodoh,
ya sudah hilang…
Akhirnya udah pasrah, kitapun lanjut ke tujuan berikutnya; Octagonal Temple.
Ternyata udara dinginnya super hari ini! Jadilah kita sebelum naik ke Octagonal
Temple ini perlu mengisi perut dulu. Makan dulu deh kita di salah satu resto
teppanyaki yang buka. Lagian kayaknya memang itu satu-satunya yang buka,
berhubung ini baru aja tahun baru, jadi kebanyakan toko dan resto pada tutup
semua ya…
|
Octagonal Temple |
Setelah mengisi perut dan toilet time, barulah kita berani sedikit menanjak ke
octagonal temple nya.. Nggak begitu lama sih di sana, karena kita udah janji
tadi jam 4 akan kembali ke bus, dan ternyata kitapun sedikit terlambat kembali
ke busnya. Untung aja supirnya murah hati ya..
Langsung pulang deh kita dari sini.
Kamis, 2 Jan 2014
Pagi ini kami naik bus ke Kyoto Aquarium. Lagi-lagi, recommended juga aquarium
ini. Sumprit keren boo koleksi ikan mereka!
Rapih, bersih, nggak ada bau,
kacanya masih super bening semua juga. Pokoknya anak kecil pasti seneng deh
kalo diajak ke sini, berasa lagi bener-bener di bawah laut. Terus di jam-jam
tertentu juga ada dolphin show. Gratis kok, jadi jangan sampai dilewatkan ya!
Kelar nonton show, para bocah mau foto-foto dulu. Ada di sepanjang jalan keluar
gitu kok. Nanti hasil fotonya seolah-olah kita lagi berenang sama lumba-lumba
gitu lho pokoknya. Terserah mau foto apa enggak.
Keluar dari Kyoto Aquarium, kita menuju ke Golden Temple. Di seberang Golden
Temple ini ada warung soba gitu, jadi berhubung perut juga udah protes,
makanlah dulu kami di situ. Udah mana udara dingin, makan yang panas-panas
berkuah gitu memang the best of the best deh. Barulah selesai makan, kami
merapatkan jaket dan naik ke golden templenya. Sepertinya sih, menurut saya,
golden temple ini pasti masa-masa paling indah adalah kalau musim…… semi!
Banyak pohon di situ yang kering kerontang karena musim dingin, pasti keren
banget dong kalo bunga-bunga sakura lagi tumbuh semua di situ. Nah, mau fotonya
harus sabar dan agak agresif sih. Kan semua orang mepet ke pagar tuh, jadi kita
juga harus nungguin pagar mana yang kosong dan langsung ambil kesempatan untuk
berfoto sebelum diambil orang. Hehe..
|
Golden Temple |
Udah sih, dari Golden Templenya kita cuma jalan-jalan naik aja gitu, terus
langsung keluar lagi.
Karena hari belum gelap dan hari itu adalah hari terakhir kita di Kyoto, kaum
hawa nggak mau rugi. Balik lagi kita ke Gion Street untuk menuntaskan apa yang
belum dituntaskan (red: belanja lagi!!)
Nah, diem-diem aja nih ya. Karena besok Om Eddy ultah, kitapun diem-diem
membelikan kue ultah buat Om Eddy supaya bisa tiup lilin nanti tengah malem.
Belanjanya nggak begitu lama juga sih kita. Setelah selesai, kita udah langsung
balik ke hotel. Nah, saya sendiri dan ortu nggak mau rugi dengan diem-diem di
hotel aja masih sore gini. Jadilah kita balik lagi jalan ke Kyoto Station untuk
lihat-lihat dan balik lagi makan di JUN Lunch itu untuk yang terakhir kalinya,
Hiks,hiks…
Karena di Kyoto Station agak ribet dan kurang mengerti jalannya, jadi kami
akhirnya nyebrang lagi ke Q’s Mall. Belanja di Uniqlo, MUJI, dan beliin makanan
buat Tristan aja di food court. Habis itu kita pulang dan packing deh buat
besok..
Jumat, 3 Jan 2014
(+) Tengah malem ini kami ber ramai-ramai masuk ke kamar Om Eddy untuk
memberikan surprise ulang tahun dan acara tiup lilin. Ya namanya juga rame-rame
ya, udah mengendap-endap pun tetep aja berisik banget.
Happy birthday, Om Eddy!
Pagi ini, saya kaget luar biasa begitu naik bus yang disewa untuk mengangkut
kami ke Osaka. Bukan, bukan karena busnya kayak metro mini. Justru ini bus
gedenya udah kayak buat ngangkut orang satu kelurahan. Sayapun jalan ke
belakang sambil ngitungin seaternya. Buset deh, 41 seats buat 13 orang doang!
Huahahaha saya ketawa begitu melihat ekspresi anggota keluarga lain yang juga
shock begitu naik ke bus. Emang ini bus bisa buat dijadiin arena main futsal
deh.
Ternyata perjalanan dari Kyoto ke Osaka nggak jauh. Cuma sekitar 50 menit doang
kok. Jadi pagi ini kami sampai, terus (karena belom bisa check in) kita jadilah
Cuma nitip barang sementara di Trusty Hotel. So far, ini hotel paling mewah
yang kami tempati. Hotel lain itu kan kamarnya super irit tempat, apalagi kamar
mandinya yang cuma seukuran lavatory pesawat. Dan di sini menu breakfastnya
juga jauh lebih bisa dimakan deh.
Pagi ini kami langsung aja menuju ke Osaka Castle. Namanya sih memang castle,
tapi ternyata dulu fungsinya adalah benteng perlindungan untuk keluarga
kerajaan. Lagi-lagi, kalau mau berkunjung ke sini disarankan pagi hari, dengan
alasan yang sama seperti kalau berkunjung ke Bamboo Forest. Pastinya kalau castle
atau benteng gitu kan ada di atas ya, jadilah nanjak sedikit. Sedikit doang
kok. Nah, sebelum masuk ke gerbang yang terbuat dari batu-batu super gede di
bagian bawah itu, ada jembatan kayu dengan pemandangannya langsung castle yang
ada di atas. Inilah salah satu alasan kenapa disarankan untuk datang pagi!
Supaya dapet foto keren dengan pencayahaan yang super bagus dan juga belom
banyak orang.
|
Jembatan di Osaka Castle |
Kastilnya sendiri ini cukup dilihat dari luar aja kok. Bisa sih naik ke
puncaknya, tapi nggak begitu recommended. Pemandangannya ya basic scenery lah;
kota Osaka dari atas. Daripada uangnya dipake buat naik, mendingan dipake buat
beli makanan-makanan yang enak di bagian kantin di seberang bentengnya. Ada
tempat yang jual bakpau dan ubi super enak. Cuma ada 1 kok, dan itu sebelahan,
jadi nggak usah bingung.
Karena kita saling tunggu-tungguan dan rupanya cuaca di Osaka sangat mendukung,
kitapun jadi enak aja berjemur di bawah sinar matahari sambil mulut ngunyah
teruuuusss!
Nggak sadar, hari sudah siang sekali! Ya namanya juga winter ya, pagi rasanya
kayak subuh, siang rasanya kayak pagi, begitu sore rasanya udah malem. Hehe..
|
Om Pepen dan Valent di gerbang Osaka Castle |
Jadi habis turun dari castle ini, kitapun naik kereta kembali ke downtown dan
langsung menuju yang orang-orang sebut sebagai lorong belanja.
Shinshaibashi street!
Tak disangka bakal serame itu………… RAME BUANGET!
Luar biasa lah. Jalan aja kita ya hanya bisa pelan-pelan. Dan kalau bawa anak
kecil jangan lupa digandeng selalu ya anak kecilnya, takutnya tiba-tiba hilang.
Wah kalau hilang, pasti setengah mati repot deh nemuinnya lagi.
Tapi, bagi yang nggak suka tempat rame pun, cobain lah ke sini. Paling enggak
lihat-lihat aja sebentar, karena tempat ini juga salah satu tempat ikonik dari
kota Osaka.
Selesai berkeliling di Shinshaibashi ini (nggak sempat beli apa-apa), kamipun
telponan dengan Om Pepen untuk ketemuan dan kembali ke hotel bersama.
Di hotel, tanpa diduga rupanya ada beberapa kesalahpahaman tentang kupon
breakfast yang harusnya kami terima. Karena memang yang memesan hotel ini bukan
kami sendiri, melainkan dari pihak tour yang kami sewa, jadilah kami harus
membayar lebih untuk membeli kupon breakfast untuk anak-anak yang terhitung
belum dewasa.
Setelah menyelesaikan proses check in, kamipun segera naik ke kamar untuk
beristirahat dan menyambut hari esok yang menyenangkan di Osaka.
Sabtu, 4 Jan 2014
Pagi ini karena belum punya rencana dan mami yang sedang tidak enak badan,
kitapun mendekam di hotel sampai siang. Bukannya nggak kepengen jalan-jalan,
cuma kebanyakan museum dan tempat wisata tutup karena masih libur tahun baru,
jadi dihitungnya National Holiday dan bakal baru buka sekitar tanggal 6 dan
seterusnya. Yang buka? Ya mall dan tempat-tempat belanja seperti Shinshaibashi
itu.
Sementara di pagi hari ini Om Eddy dan keluarganya sudah pergi ke Universal
Studio, Om Pepen dan keluarga, beserta Tante Ayu sudah pergi entah ke mana.
Jadilah tinggal keluarga saya di hotel. Kamipun memutuskan untuk mencari makan
siang ke Q’s Mall yang bener bener tinggal nyebrang. Jalan aja nggak nyampe 50
meter kayaknya sampe menapak masuk ke dalam mallnya. Setelah muter, muter,
muter dan lihat semua resto ngantri ular naga panjangnya, kami mampirlah ke
restoran bernama Jambuka yang terletak di lantai paling atas.
IH!!!!! Ini lagi salah satu resto yang highly recommended deh. (selera sih
relative ya..)
Untung banget pas kita masuk ternyata memang masih ada meja buat kita ber-4
doang. Menu lunchnya sangat sederhana. Setiap menu cuma ada satu jenis olahan.
Jadi silakan pilih mau makan ayam, ikan, beef atau pork. Menu lainnya adalah
nasi goreng (mereka nyebutnya juga beneran ‘nasi goreng’ lho!) dan french fries
gitu. Yang patut anda pesan adalah dessertnya. Mereka punya dessert yang
disajikan di semacam keranjang yang bentuknya kayak tangga gitu. Itu adalah
number 1 dessert di sana. Nggak rugi! Pesen aja deh pokoknya kalo sempet
bertandang ke resto ajib ini.
Nah, dari resto ini kitapun berpencar. Mami dan saya mencari oleh-oleh buat
anak-anak bayi, daddy sama adek pergi main ke SEGA (lagi). Yaudah deh,
berpencar-bertemu beberapa kali sampe akhirnya kita bener-bener terpisah.
Sambil mencari, mami dan saya pun berjalan kea rah ABC Mart. Tapi bukan ABC
Mart yang ada di samping SEGA lho ya, coba jalan lagi sampe ke bagian sudut
mall. Bagi kalian, manusia pecinta prakarya, berbahagialah! Karena kalian telah
mengunjungi tempat yang sangat tepat.
Mami yang pecinta barang-barang unik, antik, imut dan prakarya-thingy, langsung
berbinar-binar dan ngeborong barang dari sini. Susah mendeskripsikan barang apa
aja yang ada di sana saking banyak, lucu, dan nggak mahal juga kok! Intinya,
silakan lah anda bertandang ke sana apapun barang yang anda cari, mau seaneh
apapun barang itu (nggak harus cuma barang prakarya) sih saya jamin 99 ,9%
semuanya ada di sana! Hehehe..
Nah karena nggak ketemu-ketemu juga, akhirnya kamipun memutuskan untuk pulang
dulu ke hotel, meninggalkan pesan di kamar dan balik lagi ke Mall dan ngejogrok
bego di Tully’s Coffee sambil ngeliatin orang yang berlalu lalang. Bahkan,
sebelum ngejogrok di Tully’s Coffee, kami sampe udah ke information lho buat
minta pengumuman panggilan dalam bahasa Inggris. Lucunya, cewek-cewek Jepang
yang manis dan cantik penunggu di information itu pada grogi rupanya kalo
disuruh berbahasa Inggris. Mereka sampe harus lempar-lemparan kertas yang
isinya teks panggilan itu dan akhirnya yang kena belakangan berlatih
berkali-kali sebelum benar-benar memberi panggilan.
Sayangnya, karena mall terlalu ribut, malah panggilannya juga nggak kedengeran.
Sudahlah…..
Ya karena udah malam dan udah capek juga, akhirnya kami kembali lagi ke hotel.
Untung deh akhirnya ketemu juga pas udah malemnya.
Hehehe…
Minggu, 5 Januari 2014
Selamat pagi lagi, Osaka yang super indah!
Pagi ini rencana kami adalah…….. belanja! Hehehe.. Berhubung ini hari terakhir
di Jepang, jadilah kami nggak mau rugi. Selain hunting barang buat diri
sendiri, kamipun nyariin oleh-oleh dan titipan orang yang belom dapet.
Tapi, sebelum melakukan ritual belanja, pagi ini keluarga saya (hanya beserta
Tante Ayu) cabcus ke gereja dulu. Misa ekspatriat pastinya.
Oh iya, sebelum kita pergi ke gereja malah keluarga Om Eddy harus pamit duluan
karena mereka pulang ke Indonesia hari ini. Yah, nggak apalah cuma beda 1 hari
doang.
Nah, kami mengikuti misa, dan ketemu beberapa orang Indonesia di gereja itu.
Seneng lho rasanya ketemu orang yang bisa berbahasa sama dengan kita. Setelah
ber ramah tamah beberapa saat dan mengetahui mereka tinggal di Jepang karena
adanya yang bertugas dinas, kamipun berpisah lagi.
Bagian luar gereja ini unik rupanya. Walaupun berbentuk gedung modern, tapi ada
ukiran yang menonjol di depannya. Bukan hanya kami, beberapa orang pun (mungkin
juga turis) langsung berpose untuk foto di depan gereja.
Setelah selesai berfoto (sampe terduduk-duduk di jalan raya), kami kembali
menuju ke stasiun metro untuk menuju ke Namba.
Ini sih mall juga, cuma outdoor dan indoor gitu. Barangnya keren-keren emang.
Banyak yang ber-merk dan ada juga merk-merk individual. Yang jelas, karena
isinya toko begituan, harganya nggak terlalu terjangkau ya.
Jadilah kami hanya mencari sarapan di sini. Karena selera yang berbeda-beda,
kita makannya terpisah. Mami, daddy dan Tristan makan di restoran tempura. Saya
makan sendiri di restoran sushi dan Tante Ayu yang nggak doyan sea food sama
sekali makan hamburger (yang katanya gedenya minta ampun).
Setelah kenyang dan cuma nelusurin Namba Park Mall sebentar, kitapun memilih
untuk naik taksi ke Shinshaibashi. Untung supir taksinya jujur dan baik ya.
Kita bilang mau ke Shinshaibashi dia malah ketawa dan nunjukkin arah jalan,
bahwa kalo mau ke Shinshaibashi itu ya tinggal jalan kaki aja. Wong
dibelakangnya Namba kok. Aduh pak supir, terima kasih ya. Jadi malu. Hehehe..
Akhirnya jadilah kami jalan kaki ke Shinshaibashi. Nggak langsung nyampe di
Shinshaibashinya sih, tapi sepanjang jalan itu emang udah lorong belanja aja.
Kita bakal harus ngelewatin daerah yang namanya Dotunburi. Itu yang namanya
daerah belanja Jepang, ya itu dia!! Wajib didatangi ya, sodara-sodara.
Terus aja jalan dari situ pasti nanti ketemu juga kok lorong Shinshaibashinya.
|
Bagian belakang Shinshaibashi |
Nah, kita lihat-lihat lagi barang. Nggak banyak yang beli sih, cuma ngeliat aja
udah seneng kok.
Nah, karena saya pribadi hunting sebuah koper dengan model terntentu (yang
tadinya banyak banget dijual di Tokyo dan Kyoto), ternyata susah nemuinnya di
Osaka.
Bentuknya sih koper cabin size gitu, dan vintage. Dengan belt kulit (imitasi)
dan pinggirannya yang super vintage itu emang keren dehhhh..
Masalahnya, Tristanpun udah ngerengek-rengek mau ke kebun binatang yang
letaknya nggak begitu jauh dari Trusty Hotel itu (daerah Abeno), namanya Abeno
Zoo.
Eh, kita udah lari-lari nih ya supaya ngejar bisa ke kebun binatang (last
admission jam 17.00, kita nyampe di Abeno udah jam 5 kurang) jadilah mami
bargaining sama Tristan supaya ongkos yang tadinya dipake buat masuk ke kebun
binatang, dipake buat main di SEGA lagi aja.
Boys.
Namanya juga bocah tengil cowok ya diterima lah. Lumayan lho rupanya kalo
ditotal itu main di SEGA dengan ongkos 2000 Yen lebih alias lebih dari 200.000
rupiah. Puas-puasin deh tuh dia main, sementara yang para perempuan ini hunting
koper dan barang-barang yang belom ketemu, termasuk oleh-oleh.
Fiuuuhh.. Untung aja koper yang diinginkan dapat ditemukan di Tokyu Hands. Kalo
enggak, kayaknya jadi penyesalan selama 10 tahun deh nggak beli koper keren
itu. Hahahaha..
Setelah beli koper, muter-muter nyari baju bayi, nyariin tas dan stationery
anak-anak (buat oleh-oleh kok), jalan-jalan lagi dan belanja di ABC Mart yang
kemaren sampe saking capeknya ngedeprok aja duduk di lantai mall, kamipun
memutuskan untuk kembali makan malam lagi di Jambuka yang fenomenal, super
enak, fantastis dan bombastis itu ya (ini lebay kok).
Udah deh… Perut kenyang, dompet terkorek, kaki pegal, dan kewajiban untuk
packing lah yang memaksa kami untuk segera kembali ke hotel.
Malam ini, segala hal yang tidak mungkin, (HARUS) menjadi mungkin.
(baca: mana bisa segitu banyak barang masuk ke koper?)
Senin, 6 Januari 2014
Whenever there is a ‘hello’, there is also a ‘good bye’.
Setelah sarapan dan naikkin segitu banyak barang ke bus sewaan untuk menuju
airport, tanpa terasa kamipun udah ada di lounge nya Garuda.
Sayonara, Japan! Thank you for the memories and the great times.
We’ll be back very very soon.